Wahyu 2:10
Jangan takut akan hal-hal apapun yang akan kamu deritakan; Lihatlah, Iblis akan melemparkan beberapa dari antaramu ke dalam penjara, supaya kamu dicobai; dan kamu akan mendapat kesusahan sepuluh hari. Hendaklah kamu setia sampai mati, dan Aku akan memberimu mahkota kehidupan. (Unang habiarhon angka haporsuhon na naeng ro! Dabuon ni sibolis ma deba sian hamu tubagasan hurungan, asa tarunjun hamu, gabe tarsosak ma hamu sampulu ari lelengna. Sai burju ma ho rasirasa mate; dung i lehononku ma tu ho tumpal hangoluan i).
Pendahuluan
Nats ini adalah bagian dari suara Tuhan (Wah. 1:10 “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala”), yang ditulis Yohanes kepada jemaat di Smirna, kita tahu Yohanes melalui kuasa Roh diperintahkan oleh Tuhan menulis surat kepada 7 jemaat yaitu : Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, filadelpia dan Laodekia.
Di Ay. 9, dikatakan “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya -- dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis”. (Huboto do haporsuhonmu dohot hapogosonmu, alai na mora do ho; huboto nang panginsahion ni angka na mandok: Jahudi nasida; hape ndang na tutu, punguan ni sibolis do nasida). Itu berarti Tuhan tahu apa dialami oleh jemaat di Smirna pada waktu itu, sehingga perlu mengirimkan surat ini untuk menguatkan mereka.
Penjelasan
- Semua manusia pasti pernah mengalami kesusahan, tidak ada satu orang pun yang bisa bebas dari hal itu, mungkin hanya masalah besar kecilnya saja yang berbeda. Itu sebabnya dikatakan “Jangan takut akan hal-hal apapun yang akan kamu deritakan “. Kesusahan itu bisa datang karena kita sendiri yang cari susah, atau karena memang kita sedang dicobai oleh Iblis. Kalimat ”iblis akan melemparkan kedalam penjara” bisa berarti bahwa kita bisa saja masuk dan terperangkap dalam jebakan iblis sehingga kita menderita dan terpenjara di dalamnya.
- Kemudian dikatakan “kamu akan mendapat kesusahan sepuluh hari”, kata sepuluh hari bukanlah dalam arti matematis atau hitungan waktu kalender, tetapi itu adalah symbol (dalam wahyu Yohanes banyak menuliskan angka-angka yang berarti symbolic, yg tdk bisa ditafsirkan secara matematis). Sepuluh hari adalah menunjukkan masa, artinya kesusahan atau penderitaan yang kita alami itu semuanya ada masanya. Di dalam alkitab dikatakan segala sesuatu ada waktunya. (Pengkotbah 3:1-8)
- Kita harus setia karena :
1. Allah itu setia (1Kor 1:9 :Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.),
2. Yesus juga setia (Wahyu 19:11 : Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil.). (bnd. 2 Tes 3:3)
Begitu juga setiap orang beriman haruslah menjadi orang yang setia dan orang yang hidup dipimpin Roh Kudus, salah satu tandanya ialah kesetiaan sebagai buah Roh (Gal 5:22).
- Lalu apaka yang dimaksud dengan setia itu?, Setia artinya: Tetap pada hubungan atau janji yang sudah mengikatnya sampai mati.
Ciri-ciri kesetiaan ialah :
a. Tidak Berubah-ubah, Tetap, konstan sejak semula bahkan mungkin lebih baik lagi.
b. Mau berkorban, Dalam kesetiaan yang betul ada pengorbanan. Kalau tidak mau berkorban, tak mungkin bisa setia, apalagi dalam saat-saat yang sulit.
c. Tulus dan ikhkas, Kesetiaan yang tulus bukan untuk mencari untung atau maksud tertentu. Kesetiaann yang tulus adalah karena kita mau memegang janji, memelihara hubungan yang betul dengan segenap hati,
d. Dengan sepenuh hati, Kesetiaan yang sepenuh hati ialah seseorang yang berbuat dengan rela dan sukacita. Jadi bukan karena terpaksa, harus dengan kehendak hatinya sendiri.
Keempat ciri-ciri kesetiaan diatas itulah yang disebut kasih setia. Oleh karena itu hanya orang-orang yang dipimpin Roh Kuduslah yang dapat menjadi setia. Di dunia ini banyak orang setia karena hubungan keluarga, cinta, uang, persahabatan dan sebagainya. Tetapi kesetiaan orang-orang beriman itu seharusnya lebih tinggi mutunya daripada yang ada di dalam dunia. Kestiaan orang percaya tidak dibatasi waktu, tetapi berlangsung terus menerus sampai mati.
Renungan
1. Bagaiman sikap orang yang setia?
a. Orang yang setia itu tidak mau memikirkan pengkhianatan, atau lari dari tanggung jawab, melainkan selalu memikirkan bagaimana bisa tetap setia sekalipun penuh pengorbanan.
b. Orang yang setia selalu berkata sama bukan hanya di depan, tetapi juga di belakang.
c. Orang yang setia tetap berpaut dengan teguh, meskipun orang lain sudah pergi atau bersungut-sungut (Yoh 6:67-68).
d. Bisa dipercaya dalam segala perkara, Baik dalam hal uang, Sikap, kata-kata di muka dan di belakang. Orang yang setia dapat dipercayakan pekerjaan yang sulit diawasi (tanpa pengawasan).
e. Bertanggung jawab, Orang yang setia itu tidak lari dari kesukaran, tetapi tetap berusaha bersungguh-sungguh menyelesaikan tu-gas/ kewajibannya.
f. Setia pada janji-janji atau hubungan yang sudah dibuat, seperti Kristus (Ibr 10:23). Termasuk setia pada janji nikah,
g. Tetap setia walaupun bertepuk sebelah tangan. 2Timotius 2:13 “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” Sekalipun kita kecewa, sekalipun rugi, sekalipun tidak mendapat apa-apa, kita harus belajar tetap setia. Kadang-kadang suami/ isteri berubah, juga anak, orangtua, menantu, mertua bisa berubah, tetapi kita harus belajar tetap setia. Perjanjian kerja, dagang dan lain-lain, yang dikhianati oleh pihak yang lain, bisa dibubarkan bersama, namun semua dengan tertib dan jujur, tetapi perjanjian nikah, keluarga, dengan Tuhan (istimewa dalam percobaan berat seperti Ayub) tidak boleh dibatalkan lagi, harus tetap setia. (Contoh Anjing yang Setia) Tuhan menciptakan beberapa binatang yang diberi “naluri setia”, termasuk anjing, keledai dan lembu (Yes 1:3). Tetapi kita adalah mahluk ciptaan Allah yang tertinggi, seharusnyalah lebih setia!
Ukuran dari kesetiaan itu ialah sampai mati, sebab sesudah mati, kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi (Wah 2:10c). Dalam perjalanan waktu itu biasanya ada masa senang dan susah. Kalau setia waktu keberkatan, waktu senang, itu baik, tetapi itu masih belum apa-apa, masih pendahuluannya. Kalau pada saat yang susah/ sulit kita tetap setia, itu kesetiaan yang berharga, setia yang teruji. Paulus berkata dalam Filipi 2:22 Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapa-nya. Isteri yang setia pada waktu suaminya menjadi miskin, sakit, tak berdaya, tidak bersungut-sungut, tetapi membantu sekuat tenaga dengan sukacita, itu isteri yang setia. Sebaliknya waktu isterinya menjadi tua, wajahnya berubah, apalagi kalau jadi cerewet dan menjengkelkan, suami tetap cinta dan setia, itulah suami yang betul-betul setia dan teruji.
Tetapi Kesetiaan itu tidak berlaku untuk janji-janji yang terlanjur dibuat dan ternyata melawan Firman Tuhan, itu harus dibatalkan dengan menanggung resiko-resikonya, sebab kita tidak boleh setia pada dosa/ kejahatan, apalagi pada iblis.
2. Kepada siapa saja kita harus setia?
Kita tidak harus setia pada semua orang dan bukan dalam segala perkara. Dengan orang-orang jahat yang tidak bertobat, sekalipun sudah berjanji setia, harus dibatalkan, lebih-lebih janji setia dengan iblis. Lalu kepada siapa kita harus setia?
a. KELUARGA
- Anak harus taat dan menghormati orangtuanya, meskipun orang-tuanya sederhana, miskin, atau waktu tua berubah menjadi cerewet dan tidak menyenangkan.
- Orang tua harus setia akan tanggung jawab dan kewajibannya dalam keluarga.
- Suami/ istri harus setia satu sama lain. Kita harus ingat bahwa tidak ada suami/ isteri yang sempurna, semua pasti ada sedikit atau banyak kekurangannya, tetapi suami/ isteri harus setia dengan keputusan dan janji nikahnya.
- Jangan lupa, sekalipun dikecewakan, tetap setia dan Tuhan tahu, Dia akan memberkati orang yang setia dengan perkara-perkara yang lebih besar (Luk 16:10).
b. DALAM GEREJA DAN PERSEKUTUAN
Orang beriman itu tidak hidup soliter (sendirian), tetapi masing-masing mempunyai identitas sendiri dan tempat yang tertentu di dalam Gereja lokal masing-masing (tubuh Kristus lokal) yang merupakan bagian dari tubuh Kristus global (1Kor 12:18). Sebab itu setiap orang beriman harus ada dalam “kandangnya” masing-masing, seperti setiap sel tubuh itu tempatnya tertentu di dalam tubuh dalam satu organ atau bagian tertentu. Mungkin ada beberapa hal yang pahit dialami dalam Gereja itu, tetapi kita harus berusaha untuk tetap setia. Misalnya disiplin yang lebih keras daripada yang diharapkan olehnya, pengajaran yang keras dalam kesucian dan ketertiban, kadang-kadang teguran karena salah, atau perkelahian dengan pengurus Gereja/ anggota dan lain- lain, semua ini adalah penga-laman-pengalaman pahit (yang sebetulnya tidak diharapkan terjadi), tetapi sering kali mendorong orang-orang untuk lari dari Gerejanya, pindah Gereja. Semua Gereja-gereja yang benar itu bersaudara di dalam Tuhan. Dan setiap orang harus setia di dalam Gerejanya masing-masing. Kecuali kalau ternyata Gerejanya itu berubah menjadi sesat, atau mungkin ia baru mengerti bahwa Gerejanya itu sesat, bertentangan dengan Firman Tuhan, atau Pemimpin-pemimpinnya hidup dalam dosa dan tidak mau bertobat, dan Pelayanan dalam Gereja itu tidak dapat menghasilkan pertumbuhan sebab kurang Firman Tuhan dan pekerjaan Roh Kudus (tetapi bukan karena dia sendiri yang bersalah sebab keras hati di dalam dosa). BEGITU PULA DALAM PELAYANAN DAN PERSEKUTUAN PUNGUAN, Jangan hanya gara-gara tersinggung, Akhirnya keluar.
c. DALAM PEKERJAAN. Orang Kristen yang setia dalam pekerjaannya akan menjadi Firman Tuhan yang hidup di lingkungan pekerjaannya. Setia tidak harus berarti kita harus bertahan dalam suatu pekerjaan selamanya, tetapi kesetiaan itu bisa ditunjukkan lewat loyalitas, dedikasi dan kejujuran. Orang kriosten yang setia tidak akan melakukan korupsi baik uang maupun waktu.
d. PERGAULAN. Belajar berbuat baik dalam pergaulan, istimewa dengan orang-orang seiman (1Kor 15:33/ Gal 6:10). Jangan menuntut orang-orang di sekitar kita untuk menjadi sahabat kita yang setia, tetapi jadilah sahabat yang setia bagi mereka seperti Daud dengan Yonatan (1Sam 18:1). Jangan mudah memutuskan persahabatan, meskipun mereka berbuat salah kepada kita dan kita dirugikan; belajar mengampuni dan melayaninya. Orang yang lebih besar rohaninya (bisa me-ngalah, mengampuni, dirugikan, direndahkan, setia, ada kasih dan seterusnya) harus belajar melayani saudara-saudaranya yang lebih kecil.
e. TERHADAP BANGSA DAN NEGARA, Dalam batas-batas yang sesuai dengan Firman Tuhan, kita harus setia. Kalau seorang tidak puas dengan bangsa dan negaranya, mau pindah menjadi warga negara lain, masih boleh. Tetapi setiap warga negara pada umumnya hendaklah ia setia pada bangsa dan negaranya. Apalagi kalau sudah mengucapkan janji sebagai warga negara baru, harus ditepati (Mat 5:37).
f. SETIA KEPADA TUHAN
Ini adalah kunci untuk segala macam kesetiaan yang lain. Kita harus setia dalam segala segi hidup dan pelayanan kita pada Tuhan. Hal ini sudah jelas, tidak dibicarakan lebih lanjut. Ada beberapa bentuk kesetiaan kepada Tuhan yang khusus, yaitu: dalam zaman Antikris; orang Kristen yang tertinggal betul-betul diuji dalam kesempatan terakhir ini, untuk setia sampai mati (Wah 20:4). Pada waktu ini untuk setia kepada Tuhan, itu berarti penderitaan yang dahsyat, bahkan sampai mati. Meskipun demikian semua penderitaan yang dahsyat ini (tersiksa sampai mati), tidak menghasilkan pertumbuhan atau pahala sama sekali, hanya sekedar selamat (Wah 6:11). Kalau zaman sekarang kita tekun dan berani menderita seperti ini, hasilnya sangat indah. Setia dengan berani menderita, tersiksa sampai mati, ini berarti penyerahan sepenuh sampai mati. Orang seperti ini akan dapat dipakai Tuhan luar biasa untuk zaman sekarang.
Keseimpulan
Setia itu tidak mudah, itu merupakan suatu proses ujian. Tetapi kalau lulus hasilnya indah. Kita harus setia dalam segala segi hidup, di mana kita wajib setia menurut Firman Tuhan. Orang yang berjalan dalam Roh akan mengeluarkan buah Roh, termasuk kesetiaan. Ini menjadi kesaksian dan permata yang indah, sebab kesetiaan orang-orang beriman itu tulus, jujur, dan memang seharusnya lebih indah daripada orang-orang lama, yang tidak mengalami lahir baru dan pertolongan Roh Kudus.
Amsal 3:3 : “Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu.”
Karena itu, Jangan ragu-ragu, setialah, Tuhan yang setia akan janji-Nya, akan mengangkat orang-orang yang setia. Setialah sampai mati itu baru berharga dan akan mendapat mahkota kehidupan. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML