Selamat datang di blog sederhana ini, kiranya menjadi berkat bagi kita semua

Kamis, 17 November 2011

KHOTBAH MINGGU 20 NOPEMBER 2011

PERKATAAN MENCERMINKAN PRIBADI SESEORANG
Ev. Mat. 12:33-37
12:33 Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.
12:34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.
12:35 Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.
12:36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.
12:37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."

Pengantar
Nats ini merupakan bagian dari jawaban Yesus terhadap para pemimpin agama yang menuduhNya dikuasai kekuatan setan (Beelzebul). Dalam ayat sebelumnya kita bisa melihat kuasa keillahian Kristus (the Lordship of Christ) yang mengusir setan / iblis dari seseorang yang keraqukan (Mat. 12:22). Namun setan/iblis tidak dapat menerima begitu saja kekalahannya,  dengan siasatnya yang licik iblis memakai orang-orang yang yang mempunyai pengaruh besar di masyarakat seperti orang-orang Farisi untuk melawan Kristus. Lihat, sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi ketika mereka melihat Tuhan Yesus mengalahkan kuasa setan, kejadian itu tidak menjadikan mereka bertobat dan mengakui Yesus sebagai Mesias malahan mereka mengatakan bahwa Tuhan Yesus melakukan semua itu dengan kuasa Beelzebul (penghulu setan). Sepertinya iblis telah menguasi pikiran orang Farisi dan ingin menjatuhkan karisma Yesus. Padahal masih banyak mujizat lain yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dan hal itu tidak mungkin dikerjakan oleh kuasa setan; hanya kuasa Roh Allah yang mampu melakukan semua itu.


Penjelasan Teks
  • Ay. 33, Sumber yang baik menghasilkan perkataan yang baik.  Adalah benar dari buahnya suatu pohon itu dikenal namun kita juga tidak boleh langsung berkesimpulan: kalau buahnya buruk berarti buruk pula pohonnya, kita harus melihatnya lebih dalam lagi. Seringkali kita berpikir untuk mengubah buahnya supaya pohonnya menjadi bagus. Hal inilah yang sering kita lakukan, kita berusaha sedemikian rupa merubah penampilan luar dengan kata-kata manis dan bertingkah laku sopan supaya orang lain yang melihat mempunyai kesan baik terhadap dirinya. Prinsip ini dikenal dengan prinsip behaviorisme. Alkitab menegaskan dari pohon barulah keluar buahnya bukan sebaliknya. Adalah mustahil dengan merubah buahnya maka pohonnya akan berubah. Jadi, perubahan itu haruslah dari berasal dari dalam barulah menuju ke luar. Perubahan harus dimulai dari esensi, hakekat, dogma, teologi, doktrin barulah keluar perilaku yang baik. Francis Schaeffer sangat menyadari bahwa “I do what I think and I think what I believe”. Namun dunia lebih suka merubah perilaku luar daripada inner being. Itulah sebabnya dikatakan agar kita melihat baik buruknya buah itu tergantung dari pohonnya.
  • Ay. 34, Perkataan yang baik itu keluar dari motivasi yang murni. Kita sering membuat kesalahan fatal ketika kita langsung menangkap suatu topik pembicaraan seperti yang dikatakan oleh seseorang; ketika ia berbicara A maka kita juga ikut menangkapnya sebagai A, tanpa melihat apa yang menjadi motivasi dibalik kalimat tersebut? Dalam ayat ini Tuhan Yesus dengan keras menegur orang Farisi sebagai keturunan ular beludak. Kalimat ini merupakan kalimat khas Tuhan Yesus yang ditujukan untuk orang Farisi. Selain itu Tuhan Yesus juga mengatai mereka seperti kuburan dilabur putih, kelihatan bagus di luar tetapi busuk di dalamnya. Gambaran ini merupakan gambaran yang paling riil untuk menunjukkan siapa orang Farisi. Hal ini sangat penting karena motivasi sangat menentukan; orang seringkali terjebak dengan kalimat manis seolah-olah itu kalimat yang asli dari hati padahal  bukan. Perhatikan, ketika kita mendengar suatu pernyataan keluar dari seseorang maka jangan langsung interpretasi dengan menggunakan kacamata atau paradigma kita tetapi kita harus melihat motivasi di balik pernyataan itu. Alkitab menegaskan segala sesuatu harus kita kembalikan pada sumbernya. Kalau orang tidak peka maka orang menilai kalimat yang dilontarkan oleh orang Farisi ini sangat baik dan indah seolah-olah ia menolong orang Yahudi supaya jangan disesatkan oleh Tuhan Yesus; dengan kalimat indah dengan menyuruh orang lain untuk berhati-hati terhadap Yesus yang menyembuhkan dengan kuasa Beelzebul. Perhatikan, dibalik kalimat itu ada motivasi jahat, inilah yang disebut dengan kemunafikkan dan Tuhan Yesus tahu akan hal itu, Ia menegur mereka dengan keras dengan mengatai mereka sebagai keturunan ular beludak. Gambaran ular beludak ini sangat tepat untuk orang Farisi; kalau kita tahu, bentuk ular jenis ini berdiameter kecil, tidak panjang, sangat cantik kulitnya mengkilap namun bisanya sangat mematikan. Gambaran yang tepat sebab apa yang terlihat berbeda seratus delapan puluh derajat dengan apa yang ada di hati. Kita harus sangat berhati-hati menghadapi orang seperti demikian, orang seperti sangat menakutkan. Tuhan ingin anak-anak-Nya supaya tidak munafik. Biarlah kita mengevaluasi dan menyelidiki hati kita, sudahkah kita memiliki motivasi murni? Setiap anak Tuhan harus memiliki hati yang bersih dan murni dan hal itu tidak mungkin kita lakukan sendiri. Tidak! Hanya mereka yang men-Tuhankan Kristus dalam hatinyalah yang dapat memilikinya.
  • Ay. 35, Perkataan yang berkuasa keluar dari hati yang takut akan Tuhan.
    Kita harus bisa membedakan antara kata-kata culas dengan kata-kata tegas. Anak Tuhan sejati seharusnya senang dengan kata-kata yang tegas meskipun terasa menyakitkan tetapi kata-kata yang keluar adalah kebenaran dan ingat, kebenaran sejati tidak dapat berkompromi dengan dosa dan kemunafikan. Sebaliknya anak setan lebih suka kata-kata manis yang culas. Orang tidak sadar kalau kenikmatan yang ditawarkan iblis itu racun yang akan menghancurkan hidupnya. Sangatlah disayangkan, hari ini banyak orang Kristen yang mengikut cara dunia dan berpikir cara dunia itulah sebagai jalan keluar terbaik; menganggap perkataan orang Farisi lebih sopan dari perkataan Tuhan Yesus tetapi orang lupa kebenaran sejati haruslah diberitakan dan untuk ini dituntut suatu ketegasan. Orang Kristen sejati dituntut untuk tegas sekaligus mempunyai hati lembut. Karena itu, hendaklah kita memohon bijaksana dari Tuhan sehingga kita dapat bersikap tegas sekaligus lembut. Bagaimanakah sikap kita kita berelasi dengan sesama? Bagaimana kita menyikapi orang yang tegas dan orang yang curang? Kalimat-kalimat yang keluar dari orang yang tegas memang terasa sangat menyakitkan tetapi semua perkataan itu menyatakan kebenaran dan keluar dari hati yang jujur, motivasi yang benar dan semua perkataan yang keluar itu demi kebaikan kita supaya manusia bertobat. Kalimat yang keras dan tegas yang menyatakan kebenaran sangat dibutuhkan dunia berdosa sekarang ini supaya mereka sadar dan bertobat. Hal itu hanya bisa keluar dari mulut orang-orang benar yang tidak takut kepada manusia, tetapi takut akan Tuhan. Karena Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.
  • Ay. 36, Perkataan yang sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Banyak orang menafsirkan Mat. 12:33-37, bahwa Tuhan Yesus hendak berbicara tentang perkataan. Lalu apa pentingnya sebuah perkataan? Ada orang berkata Words is meaningless, sebaliknya ada yang menyatakan Words is powerfull. Di tengah dunia, orang mungkin menganggap kata-kata itu tidak ada artinya namun tidak demikian halnya di hadapan Tuhan. Karena itu perhatikanlah dengan baik-baik setiap perkataan yang hendak kita katakan. Jangan ucapkan perkataan yang sia-sia tetapi hendaklah perkataan yang keluar dari hati yang tulus dan murni. Orang Kristen haruslah mengeluarkan kata-kata yang bermakna dan penuh kuasa, dengan kata lain kata-kata itu haruslah menjadi berkat bagi orang lain, bukan sebaliknya justru mejadi batu sandungan bagi orang lain.
  • Ay. 37, Menurut perkataan kita akan dibenarkan dan dihukum. Para teolog Reformed percaya bahwa seorang bayi yang lahir dalam keluarga Kristen dan meninggal di usia dini maka ia akan diselamatkan karena mereka belum sempat berkata-kata atau dengan kata lain belum sempat berbuat dosa. Karena itu, berhati-hatilah dengan kata-kata yang kita ucapkan, perkataan seseorang menentukan apakah dia akan dibenarkan atau sebaliknya malah menimbulkan dosa. Perkataan itu barulah benar dan berkuasa ketika itu keluar dari hati yang suci dan hati yang takut akan Tuhan. Tuhan kembali mengajak kita melihat bahwa proses itu dimulai dari dalam diri kita. Iman Kristen memulai dari dalam hati barulah dari sana terpancar suatu keindahan dan setiap kalimat yang keluar itu akan berkuasa sebab semua perkataan itu keluar dari motivasi yang tulus.[1]

Renungan
  • Ada ungkapan batak yang mengatakan “Risi-risi hata ni jolma, lamot-lamot hata ni begu”, artinya Perkataan yang tegas dari orang benar bisa terkesan keras dan  menyinggung perasaan, namun perkataan iblis bisa terdengar lembut dan halus. Hari-hari ini orang makin alergi terhadap kritik walaupun itu mengandung kebenaran. Orang lebih suka mendengar pujian dan sanjungan walaupun sebenarnya pujian itu tidak mengandung ketulusan, hanya sekedar ABS (Asal Bapak Senang). Nats ini mengingatkan kita supaya tidak terlena dengan perkataan-perkataan iblis yang lembut, halus dan penuh sanjungan, padahal membawa kita kepada kejatuhan.[2]
  • Memang lidah tak bertulang, demikian syair lagu Bob Tutupoly, itu berarti bahwa kita bisa memakai lidah kita sesuka hati untuk mengatakan apapun. Namun kita diingatkan supaya berhati-hati dan memiliki etika dalam mengatakan sesuatu, sebab kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita ucapkan.
  • Marilah kita mengevaluasi diri, apakah perkataan yang keluar dari mulut kita sudah keluar dari hati yang suci (tulus) dan mempunyai motivasi murni? Dengan demikian setiap perkataan yang benar-benar keluar dari hati yang tulus itu mempunyai kuasa dan menjadi berkat bagi orang lain dan membuat orang lain sadar akan kebenaran sejati. Amin.


[1] Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div, jawaban.com

[2] Pdt. Ramlan Hutahean, MTh, Impola ni Jamita HKBP

2 komentar:

  1. Terima Kasih buat tulisannya, sangat membantu dalam pelayanan saya. salam kenal buat amang. Hendra Roy Nadeak

    BalasHapus
  2. Salam kenal juga buat Lae Hendra Roy Nadeak, Tuhan memberkati

    BalasHapus

HTML