MENJAGA INTEGRITAS UNTUK DEKAT DENGAN TUHAN
Ev. Mazmur 15:1-5
15:1 Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?
15:2 Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,
15:3 yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya;
15:4 yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;
15:5 yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.
Pengantar
Mazmur ini adalah mazmur Daud, yang merupakan ungkapan kerinduannya untuk semakin dekat dengan Tuhan. Namun pemazmur mengerti bahwa harus ada beberapa faktor integritas yang harus dimiliki oleh orang yang mau dekat dengan Allah. Pada intinya hal itu dirangkum dalam pesan tentang etika, moral, keadilan dan kejujuran. Hal ini sangatlah langka untuk dijumpai pada masa ini. Hari-hari ini adalah sangat sulit mencari orang yang memiliki keempat hal tersebut dan saling terintegrasi satu sama lain, atau dengan kata lain sangat sulit mencari orang yang memiliki integritas.
Nats Mazmur 15 ini berisi tentang etika (tata susila) dan moral. Mazmur yang berasal dari Daud ini memuat dasar etika dan moral secara ringkas, namun di dalamnya terkandung banyak hal yang sangat esensial atau penting untuk kita perhatikan dan tentu berhubungan erat dengan faktor integritas yang harus dimiliki oleh orang-orang percaya. Mari kita lihat pesan-pesan moral dan etika yang terkandung dalam Mazmur 15 secara lengkap.
Penjelasan
Berbicara tentang integritas, jika kita perhatikan ungkapan Pemazmur ini, ada beberapa factor integritas yang harus dimiliki oleh orang yang boleh dekat dengan Tuhan, yaitu :
- Ay. 2,. Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya. Ayat ini berbicara tentang kualitas moral, keadilan dan kebenaran sebagai anak-anak Tuhan. Sudah seharusnya anak-anak Tuhan menjadi teladan dalam hal kehidupan yang tidak bercela, artinya kita harus menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela yang didorong oleh keinginan-keinginan (nafsu) kedagingan. Perbuatan-perbuatan tercela seperti pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat, itulah yang menajiskan orang (Mat. 15:19-20). Selain itu, anak-anak Tuhan seharusnya menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran dan keberanian untuk menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Sebagaimana Yesus berkata "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Mat 5:37).
- Ay. 3, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya. Ada ungkapan mengatakan “fitnah lebih kejam dari pembunuhan”, karena fitnah memang adalah pembunuhan karakter dan secara perlahan bisa menyebabkan pembunuhan fisik. Oleh karena itu, tidak seharusnya ada anak-anak Tuhan yang menyebarkan fitnah terhadap sesamanya, seharusnya kita mempergunakan mulut kita untuk membangun dan memberkati orang lain, bukan sebaliknya menjatuhkan bahkan menghancurkan mereka. Hal itu juga telah disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel dalam Hukum Taurat ke-enam (jangan membunuh) dan Taurat ke-sembilan (jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu). Kemudian, anak-anak Tuhan seharusnya menjauhkan diri dari perbuatan jahat terhadap sesama. Sesama berarti bukan hanya terhadap orang-orang dekat seperti keluarga, teman, tetangga, saudara seiman, tetapi terhadap semua orang, bahkan kepada musuh kita. Kitab Ayub 28:28 berkata “Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi." Bahkan Yesus mengajar kita untuk tidak membalaskan kejahatan dengan kejahatan, sebagaimana dikatakan dalam Rom 12:21 : “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”.
- Ay. 4, yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi. Yang dimaksud dengan orang yang tersingkir dalam ayat ini adalah orang-orang berdosa yang telah ditolak Allah, artinya kita tidak boleh menghormati orang-orang sedemikian, tetapi hormatilah orang-orang yang takut akan Tuhan. Jadi, ayat ini berbicara tetang penghormatan dan penghargaan terhadap orang-orang kudus. Kemudian, kita harus menjadi orang mau menepati janji, sekalipun oleh karenanya kita rugi. Hal ini seringkali terjadi dalam kehidupan kita, dimana kita sering mengingkari janji karena kita merasa bahwa apa yang kita dapatkan tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
- Ay. 5, yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Seringkali timbul kontroversi tentang “membungakan uang (riba)”, ada orang yang membenarkannya asal bunganya tidak terlalu besar, dengan dasar pemikiran bahwa hal itu sama saja dengan berbagi keuntungan. Tetapi ada juga yang dengan tegas mengatakan bahwa membungakan uang tidak boleh dengan dasar alkitab Ul 23:19 "Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau apapun yang dapat dibungakan”, sebab Amsal 28:8 (BIS) berkata “Siapa menjadi kaya karena mengambil rente dan mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya, kekayaannya akan jatuh kepada orang yang berbelaskasihan terhadap orang miskin”. Secara prinsip Alktitab tidak membolehkan praktek rentenir, tetapi dalam konsep ekonomi, memang membungakan uang itu dibolehkan sepanjang diberlakukan sesuai dengan aturan hukum ekonomi yang berlaku. Kemudian kita dilarang untuk menerima suap. Hal ini sejalan dengan hukum Negara kita, suap masuk dalam kategori korupsi. Dalam Kel. 23:8 dikatakan :”Jangan menerima uang suap, sebab uang suap itu membuat orang menjadi buta terhadap yang benar dan merugikan orang-orang yang tidak bersalah.”
Renungan
- Jika kita renungkan apa yang dikatakan Raja Daud dalam Mazmur 15 ini, memang bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan, bahkan mungkin bisa kita katakana sangat sulit. Rasanya tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa melakukkannya dengan sempurna. Memang, tidak ada yang sempurna, tetapi inilah pesan-pesan moral dan etika yang sudah selayaknya mewarnai kehidupan orang-orang percaya. Untuk membangun diri yang berkualitas dimana didalamnya terdapat integritas, maka apa yang diungkapkan oleh pemazmur dalam Mazmur 15 ini sudah barang tentu harus bisa tercermin dari kehidupan kita. Sekali lagi, memang tidak mudah. Tetapi kita bisa mengambil komitmen untuk memulainya dari sekarang. Sebagai warga Kerajaan Allah, mari kita hidup dengan merepresentasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebaik-baiknya. Jika tidak, jangan bermimpi kita bisa dekat dengan Tuhan dan menjadi terang dan garam di tengah-tengah dunia ini.[1]
- Mazmur 15 ini, sebenarnya adalah mengajarkan bagaimana kita harus hidup sebagai orang Kristen, sebab pada akhirnya kita akan mempertanggung-jawabkan semua perbuatan kita di hadapanNya, sebagaimana tertulis di dalam 2 Kor 5:10 “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” AMIN !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML