BATU YANG DIBUANG, MENJADI BATU PENJURU
118:22 Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
118:23 Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
118:24 Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!
118:25 Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!
118:26 Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN.
118:27 TUHANlah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali, pada tanduk-tanduk mezbah.
118:28 Allahku Engkau, aku hendak bersyukur kepada-Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Engkau.
118:29 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya
Ep. Kis. 4:5-12
4:5 Pada keesokan harinya pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat mengadakan sidang di Yerusalem
4:6 dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas, Yohanes dan Aleksander dan semua orang lain yang termasuk keturunan Imam Besar.
4:7 Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: "Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?"
4:8 Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: "Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua,
4:9 jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan,
4:10 maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu.
4:11 Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru.
4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.
Pengantar
Batu penjuru adalah sebuah batu besar yang ditempatkan pada fondasi di sudut utama suatu bangunan baru. Kata ini mengandung makna metafora yang merupakan lambang untuk menggambarkan Kristus yang mempersatukan gereja, seperti batu penjuru sebuah bangunan yang menopang bagian-bagian bangunan tersebut.
Menurut ensiklopedia Kristen, Ada dua bagian Alkitab yg perlu mendapat penjelasan khusus tentang ungkapan batu penjuru, yaitu :
- Pertama, Mzm 118:22, “Batu yg dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru”, Dalam kerangka aslinya kalimat itu mengungkapkan kegembiraan pemazmur, bahwa Allah telah meninggikan dia ke tempat yg tertinggi mengatasi para musuhnya. Tapi dalam kerangka liturginya pada hari raya Pondok Daun, yg lebih menonjol adalah kelepasan bangsa secara nasional ketimbang kelepasan pribadi. Tafsiran para rabi menerapkan ayat ini pada Mesias. Yesus pernah mengutip mazmur ini ketika berbicara di depan ahli-ahli taurat di Yerusalem (Mat 21:42; Mrk 12:10; Luk 20:17), dan Petrus juga pernah mengungkapkannya ketika di dihadapkan kepada Imam besar Kayafas dan hana (Kis 4:11). Hal ini juga dipakai untuk menjelaskan penolakan orang Yahudi terhadap Kristus dan peninggian-Nya oleh Allah menjadi Kepala Gereja. Ayat ini juga mendasari sureat paulus kepada jemaat di Efesus (Ef 2:20), di mana Paulus menggambarkan batu-batu dari Bait Suci yg baru, seperti yg disusun oleh Kristus, sebagai batu penjuru yg mempersatukan di atasnya dua tembok, yang apabila tidak demikian akan jatuh sendiri-sendiri. Dalam ayat-ayat lain Yesus digambarkan sebagai Dasar Gereja, tapi dalam suratnya Paulus mengubah gambaran ini dan mengatakan bahwa para rasul dan nabi sebagai dasar dengan Kristus sebagai puncak dan penggenapannya.
- Kedua, bagian Alkitab berikutnya (Yes 28:16) barangkali menunjuk kepada batu raksasa dari Bait Suci, yg melambangkan kehadiran Tuhan yg tetap di tengah-tengah umat-Nya. Dalam Yes 28:16, dasar dan batu penjuru demikian erat hubungannya sehingga artinya dapat dianggap sama. Ayat itu dikutip, digabungkan dengan Yes 8:14, dalam Rm 9:33 dan dalam 1 Ptr 2:6, di mana batu itu ditafsirkan secara mesianis terhadap Kristus sebagai batu sandungan bagi yg tidak percaya, tapi sebagai kekuatan yang menyatukan di antara umat Allah yang percaya.[1]
Secara umum, Mazmur 118 ini adalah doksologi atau lagu pujian sukacita yang dinyanyikan pada saat pesta-pesta besar Yahudi (mis. Hari raya Pondok Daun, dsb).
Penjelasan
- Ay. 22-23, Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Ungkapan ini menggambarkan sukacita besar dari orang yang sedang memuji Tuhan di bait Allah. Dikatakan “batu yang dibuang,menjadi batu penjuru”, artinya menjadi dasar dari berdirinya suatu bangunan, mejadi batu yang utama yang jauh lebih berharga dari batu-batu yang lainnya. Mengapa demikian? Tentu saja karena adanya suatu proses yang luar biasa yang dilakukan oleh Tuhan, misalnya dalam lingkungan masyarakat, ada orang yang sebelumnya dipandang sebelah mata, atau dipandang hina dan tidak diharapkan, tetapi sekarang telah menjadi orang yang terpandang, diakui, dihormati dan menjadi orang yang berpengaruh dalam lingkungan masayarakat tersebut. Bagaimana itu bisa terjadi? Pemazmur menjawab “ hal itu terjadi dari pihak Tuhan…”, dan itu dipandang sebagai “perbuatan ajaib Tuhan”. Jika dirujuk kepeda PB, hal ini menunjuk kepada pribadi Yesus, figure yang lahir dalam kehinaan, ditolak oleh dunia (Yahudi), tetapi Allah menjadikan Dia menjadi figure penentu yang paling berpengaruh dalam bangunan sejarah perjalanan hidup manusia sampai saat ini, sebab melalui Dia-lah kita beroleh jalan keselamatan kekal bagi semua orang yang percaya kepadaNya (Yoh. 3:16).
- Ay. 24-25, Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!. Hari yang dijadikan Tuhan, itulah hari dimana Tuhan member pertolongan dan keselamatan kepada manusia, suatu masa dimana Allah menunjukkan penggenapan janjiNya, hari ketika Tuhan datang dengan kasih setiaNya, sehingga oleh karenanya kita bersorak-sorai bersukacita, seraya memohon agar kitanya Tuhan memberi keselamatan dan kemujuran. Ayat ini juga sekaligus menajdi doa bagi orang yang sudah menerima keselamatan, yaitu kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kehidupannya. Dalam ayat ini juga semakin jelas makna doksologi dari pemazmur sebagi pujian ucapan syukurnya kepada Tuhan. Maknanya sama dengan hosianna (berita sukacita dan sorak-sorai untuk menyambut kedatangan seseorang yang membawa sukacita) (Mat 21:19; Mrk 11:9). Jadi ayat ini merupakan permohonan dalam pengharapan agar Tuhan senantiasa menyertai kehidupan kita dalam situasi apapun.
- Ay. 26-29, Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN, Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN.….,dst. Orang yang datang ke dalam rumah Tuhan, selalu disambut dan diterima para Imam dengan sukacita. Penyambutan itu bisa kita lihat dalam ay. 26 ini. Barang siapa yang datang ke dalam rumah Tuhan, dalam nama Tuhan, akan disambut dengan berkat dari dalam rumah Tuhan, demikian juga sebaliknya orang yang kembali dari rumah Tuhan seyogianya tidak kembali dengan sia-sia tetapi pulang membawa berkat sukacita.[2]
Renungan
- Seringkali dalam hidup ini kita mungkin merasa ditolak, dipandang sebelah mata atau bahkan dihina dan dicaci, karena status social kita atau mungkin kita tidak disukai karena kita berjalan dalam kebenaran. Nats ini memberi pengharapan kepada kita bahwa “batu yang dibuang itu, bisa menjadi batu penjuru”. Semua itu bisa terjadi bila kita tetap setia dalam jalan Tuhan, apapun yang terjadi. Tuhan akan bekerja dalam kehidupan kita sehingga semuanya akan indah pada waktuNya. Dan pada waktu saat itu tiba, kita akan bersorak-sorai dalam sukacita. Sebagaimana dikatakan dalam Maz. 126:5 Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
- Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan itu, tetapi penderitaanNya, kematian dan kebangkitanNya telah menjadikan Dia sebagai batu penjuru (Kis 4:11). Dia menjadi dasar yang kokoh bagi iman kita, sebab : “tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan yaitu Yesus Kristus” (1 Kor.3:11). Oleh karena itu, percayalah kepadaNya dan jadikanlah Yesus sebagai dasar hidup kita, sehingga ketika angin dan badai kehidupan menerpa, kita tidak akan tidak goyah, tetapi tetap teguh dan berpengharapan bahkan di situasi yang sulit sekalipun. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML