Selamat datang di blog sederhana ini, kiranya menjadi berkat bagi kita semua

Selasa, 22 Maret 2011

PERSEMBAHAN YANG TERBAIK


Ev. Markus 12 : 41-44
12:41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.
12:42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
12:43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
12:44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."

Pengantar

Minggu ini disebut Minggu OKULI yang berarti “mataku selalu tertuju kepada Tuhan” (Maz. 25:15a), mengingatkan kita agar tidak berpaling dari Tuhan tetapi hendaklah senantiasa mengikut Tuhan dan mengarahkan hidup kita hanya kepada arah kehendak Tuhan semata.
Mengarahkan hidup kepada Tuhan tentu saja bukan hanya sekedar mengikut Dia, tetapi juga memberi hidup kita sebagai persembahan syukur kepadaNya, karena Dia telah terlebih dahulu mempersembahkan tubuhNya  sebagai korban penebusan bagi dosa kita.
Dalam Perjanjian lama kita sering membaca istilah persembahan dikategorikan sebagai korban (Qurban), ada yang disebut Korban bakaran, Korban sajian, Korban keselamatan, Korban dosa, dan Korban kesalahan (Im 1:1-6:7 ; Im 6:8-7:38).
Jika kita hubungkan dengan makna persembahan yang kita jalankan dalam gereja masa kini, terlihat berbeda, namun jika diperhatikan lebih dalam lagi, ke lima jenis persembahan di atas digolongkan pada tiga jenis[1] :
  •  korban bakaran dan korban sajian dipersembahkan selalu bersamaan dan sifatnya dilihat sebagai pemberian atau persembahan dari pihak manusia pada Allah. Pada bagian ini tergolonglah korban-korban nazar, korban ucapan syukur dan korban buah sulung. 
  •  korban keselamatan adalah korban di mana sebagian dari yang dikorbankan dimakan juga oleh yang mempersembahkan, sehingga korban ini lebih bersifat ‘persekutuan’. Terhadapnya tergolonglah seluruh korban-korban yang bersifat persekutuan.
  • Korban ‘penghapus dosa’ dan korban ‘penebus salah’, keduanya sifatnya adalah korban yang bersifat pendamaian.
Pada PL, inti dari Korban adalah pendamaian dengan Allah, dan inisiatif pendamaian itu datang dari Allah sendiri (Im 1:1), jadi pendamaian itu adalah anugrah Allah kepada manusia yang oleh karena kasihnya memberi kesempatan kepada manusia itu untuk mengakui dan menebus  dosa-dosanya dengan mempersembahkan korban.  
Namun pada PB, korban-korban seperti itu dinyatakan berakhir karena Yesus telah datang dan menjadi korban anak domba Allah untuk menebus dosa dan menjadi korban pendamain antara mansuia dengan Allah.
Makna dari korban/persembahan pun berobah dari persembahan pendamaian menjadi persembahan ucapan syukur, dan terkesan menjadi inisiatif manusia sebagai wujud rasa terimakasih (syukur) atas berkat Allah yang diterima manusia.
Oleh karena itu kita akan melihat, ajaran Yesus selanjutnya bukan lagi tentang persembahan dalam rangka PL lagi, tetapi persembahan dalam jaman yang baru ini. Kebebasan dalam memberi persembahan menjadi ciri dari jaman baru ini, karena persembahan itu mengacu pada apa yang Yesus korbankan sebagaimana dirayakan dalam Perjamuan Kudus. Jemaat bebas untuk memberi seperti Farisi yang memberi sepersepuluh (Mat. 23:23; Luk. 18:12) atau seperti Zakeus yang memberi setengah dari apa yang dia miliki (Luk. 19:18) atau seperti janda miskin yang memberikan seluruhnya (Mark. 12:44) tergantung pada kebebasan yang diberikan oleh Yesus Kristus[2].

Penjelasan

Nats Markus 12:41-44 diberi judul perikop Persembahan seorang janda miskin, mari kita lihat secara tekstual ayat demi ayat :
Ay. 41, Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.
Pada jaman itu, peti persembahan diletakkan di luar pintu masuk bait Allah, yang sebenarnya diperuntukkan untuk orang-orang miskin (seperti kotak amal). Dan biasanya yang memasukkan uang ke dalam kotak itu adalah orang-orang kaya, mereka memberi amal bagi orang-orang miskin, dan itu wajar, itu memang seharusnya. Namun, nats ini memberi suatu gambaran yang berbeda dimana seorang janda miskin juga memasukkan uang ke kotak itu, padahal janda miskin inilah yang seharusnya menerima hasil pengumpulan uang dalam kotak tersebut.
Ay. 42,   Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
Janda miskin itu memasukkan dua peser, satu duit. Peser adalah mata uang Yahudi yang terbuat dari tembaga, itu merupakan pecahan terkecil dalam mata uang Yahudi (jika kita bandingkan dengan mata uang RI pecahan terkecil saat ini yaitu Rp. 100). Janda miskin ini memberi dua peser atau satu duit, pada masa itu nilainya adalah seharga  2 ekor burung pipit (Mat 10:29). Itu menunjukkan betapa kecilnya pemberian janda miskin itu menurut ukuran manusia.
Ay. 43, Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Yang menarik adalah bahwa Yesus memuji janda miskin ini dan  mengatakan bahwa janda miskin ini telah memberi yang terbanyak dibandingkan dengan orang-orang lain. Cara pandang Yesus berbeda dengan cara pandang kita, kita melihat luarnya, tetapi Tuhan melihat sampai ke dalam hati seseorang. Tuhan tidak hanya memandang kuantitas saja, tetapi juga melihat kualitas. Apa artinya seseorang memberi banyak, tetapi hatinya terpaksa? Apa artinya orang memberi persembahan dengan jumlah besar, tetapi hanya untuk mencari nama?
Ay. 44, Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.
Yesus melihat bahwa Janda miskin ini telah memberi semua dari yang ada padanya, artinya dia memberi hidupnya, sedangkan orang-orang kaya itu hanya memberi sebagian kecil dari apa yang dimilikinya, (mungkin hanya memberi sisa-sisa  uang belanja sehari-harinya)

Renungan

Yesus memuji persembahan janda miskin itu, karena :
  • Janda miskin itu selayaknya menerima belas kasihan dari orang lain, bukan malah memberi.
  • Janda miskin itu telah memberikan yang paling maksimal dari apa yang dia mampu.
  • Persembahannya diberikan tanpa tendensi apapun selain ketulusan dan keihlasan untuk mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan.
  •  Janda miskin itu memberi tanpa kuatir akan hari esok, sebab dia percaya Allah yang memelihara hidupnya.
 Pesan yang harus kita renungkan :
  • Kita tidak hanya mengharapkan menerima berkat dari Tuhan, tetapi juga harus mau memberi yang terbaik buat Tuhan sebagai persembahan kita.
  • Memberi kepada Tuhan bukan masalah kuantitas (nilai nominal), tetapi bagaimana kualitas hati kita ketika memberi.
  • Jangan ragu memberi yang terbaik kepada Tuhan kerena kekuatiran kita akan hari esok, keraguan kita kepada Tuhan menunjukkan keraguan kita kepada pemeliharaan Tuhan.
  • Kita memberi kepada Tuhan bukan karena Tuhan yang “butuh” pemberian kita, tetapi semata-mata adalah karena kita mengakui bahwa Tuhan adalah sumber dari segala sumber berkat yang kita miliki.
Namun dari semua itu intinya adalah bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu yang kita miliki yang bisa kita berikan kepada Tuhan. Segala sesuatu yang kita miliki adalah dari Tuhan. Kita bisa memberi itu bukan karena kita memiliki, tetapi karena kita telah diberi terlebih dahulu oleh Tuhan. Oleh sebab itu kita harus mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan, sebagaimana Roma 12:1 berkata : “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.



[1] Dikutip dari Makalah  “ Teologi Persembahan”  oleh Pdt  Bonar H  Lumbantobing.  

[2] Dikutip dari Makalah  “ Teologi Persembahan”  oleh Pdt  Bonar H  Lumbantobing.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HTML