6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
6:56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.
6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
6:58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."
6:59 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"
6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?
6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?
6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.
6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
Pengantar
Pasal 6 kitab Yohanes diawali dengan tanda mujizat yang dilakukan Yesus di seberang danau Galilea yaitu ketika Yesus memberi makan 5000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan. Mereka (orang banyak yang mengikuti Yesus) semakin takjub dan mereka selalu mencari dan mengikuti Yesus dan murid-muridnya kemanapun mereka pergi. Namun Yesus tahu bahwa mereka datang dan mengikuti Yesus bukanlah karena ingin menjadi “Pengikut Yesus” yang sesungguhnya, tetapi adalah karena keinginan duniawi semata. Itu sebabnya dalam Yoh 6 : 26 Yesus berkata : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang”. Itulah yang melatarbelakangi ketika Yesus berkata : "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi”. (Yoh 6:35)
66:10 Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!
66:11 supaya kamu mengisap dan menjadi kenyang dari susu yang menyegarkan kamu, supaya kamu menghirup dan menikmati dari dadanya yang bernas.
66:12 Sebab beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan.
66:13 Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu; kamu akan dihibur di Yerusalem.
66:14 Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang, dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat; maka tangan TUHAN akan nyata kepada hamba-hamba-Nya, dan amarah-Nya kepada musuh-musuh-Nya
Penjelasan Epistel
Pengantar
Nats Yes. 66 ini adalah kitab terakhir dari keseluruhan kitab Yesaya dan masuk dalam kelompok Trito Yesaya, yaitu masa dimana bangsa Israel sudah bebas dari Pembuangan Babel, kembali tinggal di Palestina dan Yerusalem dibangun kembali. Secara umum Pasal 66 ini diberi Perikop Keselamatan sesudah hukuman.
Sebelumnya Bangsa Israel jatuh ke tangan bangsa Babilonia, ditawan dan dibuang ke Babel, Pada masa itu, kerajaan Israel Selatan atau kerajaan Yehuda dikalahkan oleh Babel, sehingga sebagian besar penduduknya dibawa ke Pembuangan di Babel. Kota Yerusalem pun dihancurkan, peristiwa penghancuran kota Yerusalem itu dilakukan oleh tentara Babel pada tahun 587 SM.
Pdt. Dr. Jubil Raplan Hutauruk lahir tepat ketika HKBP merayakan jubileum 75 tahun, 7 Oktober 1936 di Tigadolok, Simalungun, sebagai putra dari Guru Jetro Hutauruk yang waktu itu melayani sebagai guru jemaat di HKBP Tigadolok, Distrik Sumatera Timur. Beliau mendapat pendidikan teologi di Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen (1956-1961) setelah sebelumnya dididik di Seminarium Sipoholon. Teman-teman seangkatannya di Fakultas Teologi termasuk Pdt. Dr. PWT Simanjuntak (Ephorus 1992-1998), Pdt. Dr. S.M. Siahaan (Sekretaris Jenderal HKBP 1992-1998).
Setelah menyelesaikan sarjana teologi, Ompui ditempatkan ke HKBP Ressort Sibolga I sebagai calon pendeta (1961-1962) kemudian menjadi asisten dosen di Fakultas Teologi Universitas HKBP Nommensen (1962-1963). Setelah ditahbiskan menjadi pendeta, Beliau berangkat studi master teologi ke Universitas Hamburg, Jerman dan kembali tahun 1968. Tesisnya mengenai “kaitan gereja, bangsa, dan misi dalam pemikiran F. Fabri, W. Loehe, dan J. Bunsen dan pengaruhnya dalam sejarah awal HKBP”. Sekembalinya dari Jerman, Beliau menjadi dosen Seminarium Sipoholon dan pada tahun 1970 hingga 1973 menjadi Direktur Seminarium itu. Pada tahun 1973 beliau kembali ke Hamburg untuk studi tingkat doktor. Gelar doktor diraihnya tahun 1979 dengan disertasi mengenai “kemandirian gereja Batak”.
12:41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.
12:42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
12:43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
12:44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
Pengantar
Minggu ini disebut Minggu OKULI yang berarti “mataku selalu tertuju kepada Tuhan” (Maz. 25:15a), mengingatkan kita agar tidak berpaling dari Tuhan tetapi hendaklah senantiasa mengikut Tuhan dan mengarahkan hidup kita hanya kepada arah kehendak Tuhan semata.
Mengarahkan hidup kepada Tuhan tentu saja bukan hanya sekedar mengikut Dia, tetapi juga memberi hidup kita sebagai persembahan syukur kepadaNya, karena Dia telah terlebih dahulu mempersembahkan tubuhNya sebagai korban penebusan bagi dosa kita.
Dalam Perjanjian lama kita sering membaca istilah persembahan dikategorikan sebagai korban (Qurban), ada yang disebut Korban bakaran, Korban sajian, Korban keselamatan, Korban dosa, dan Korban kesalahan (Im 1:1-6:7 ; Im 6:8-7:38).
Jika kita hubungkan dengan makna persembahan yang kita jalankan dalam gereja masa kini, terlihat berbeda, namun jika diperhatikan lebih dalam lagi, ke lima jenis persembahan di atas digolongkan pada tiga jenis[1] :
korban bakaran dan korban sajian dipersembahkan selalu bersamaan dan sifatnya dilihat sebagai pemberian atau persembahan dari pihak manusia pada Allah. Pada bagian ini tergolonglah korban-korban nazar, korban ucapan syukur dan korban buah sulung.
korban keselamatan adalah korban di mana sebagian dari yang dikorbankan dimakan juga oleh yang mempersembahkan, sehingga korban ini lebih bersifat ‘persekutuan’. Terhadapnya tergolonglah seluruh korban-korban yang bersifat persekutuan.
Korban ‘penghapus dosa’ dan korban ‘penebus salah’, keduanya sifatnya adalah korban yang bersifat pendamaian.
Pada PL, inti dari Korban adalah pendamaian dengan Allah, dan inisiatif pendamaian itu datang dari Allah sendiri (Im 1:1), jadi pendamaian itu adalah anugrah Allah kepada manusia yang oleh karena kasihnya memberi kesempatan kepada manusia itu untuk mengakui dan menebus dosa-dosanya dengan mempersembahkan korban.
Namun pada PB, korban-korban seperti itu dinyatakan berakhir karena Yesus telah datang dan menjadi korban anak domba Allah untuk menebus dosa dan menjadi korban pendamain antara mansuia dengan Allah.
Makna dari korban/persembahan pun berobah dari persembahan pendamaian menjadi persembahan ucapan syukur, dan terkesan menjadi inisiatif manusia sebagai wujud rasa terimakasih (syukur) atas berkat Allah yang diterima manusia.
Oleh karena itu kita akan melihat, ajaran Yesus selanjutnya bukan lagi tentang persembahan dalam rangka PL lagi, tetapi persembahan dalam jaman yang baru ini. Kebebasan dalam memberi persembahan menjadi ciri dari jaman baru ini, karena persembahan itu mengacu pada apa yang Yesus korbankan sebagaimana dirayakan dalam Perjamuan Kudus. Jemaat bebas untuk memberi seperti Farisi yang memberi sepersepuluh (Mat. 23:23; Luk. 18:12) atau seperti Zakeus yang memberi setengah dari apa yang dia miliki (Luk. 19:18) atau seperti janda miskin yang memberikan seluruhnya (Mark. 12:44) tergantung pada kebebasan yang diberikan oleh Yesus Kristus[2].
5:1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
5:2 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
5:3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
5:4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
5:5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Ev. Mat 12 : 38-41
12:38 Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu."
12:39 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
12:40 Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.
12:41 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!
12:42 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
Baru saja gempa dengan kekuatan 8,9-9,0 SR mengguncang Bagian Timur Jepang dan mengakibatkan terjadinya Tsunami yang dashyat menggulung beberapa wilayah di pesisir pantai timur jepang tersebut. Korban belum bisa dihitung secara akurat, namun menurut PM Jepang Naoto Kan, korban diprediksi bisa mencapai 10.000 orang. Reaktor Nuklir pun mengalami kebocoran, kebakaranmelanda pabrik-pabrik besar dan mobil-mobil dan perahu disapu bagaikan tumpukan sampah. Pecahan Tsunami tersebut kabarnya juga sampaipula ke Teluk Yotefa, Jayapura, Papua.
Peristiwa itu membuat saya tertarik untuk megumpulkan info tentang sejarah peristiwa Gempa dan Tsunami yang pernah terjadi di dunia, mungkin belum lengkap (oleh karena itu jika ada yang mempunyai info yang lebih lengkap dan akurat mohon di share).
Berikut berbagai peristiwa gempa dan tsunami yang terjadi di dunia :
91:1 Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa
91:2 akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."
91:3 Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.
91:4 Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.
91:5 Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang,
91:6 terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.
91:7 Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.
91:8 Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik.
91:9 Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu,
Pengantar
Mazmur 91 ini sering juga disebut sebagai Nyanyian keinginan atas Perlindungan Tuhan, Mazmur ini sering dibacakan dalam ibadah Yahudi sewaktu hari Sabath di Sinagoge. Isinya menggambarkan betapa Tuhan senantiasa menjaga dan melindungi hambaNya dari berbagai macam kesusahan yang terjadi dalam kehidupan ini.
3:8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
3:9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"
3:10 Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
3:11 Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"
3:12 Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
3:13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
3:14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
3:16 Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."
3:17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
3:18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
3:19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."
MARIA & MARTA : MELAYANI SESUAI DENGAN KEHENDAK TUHAN
Lukas 10 : 38 -42
10:38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
10:41 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Pengantar
Kita mengenal sosok Maria dan Marta dalam Alkitab sebagai orang yang dekat dengan Yesus. Dalam Lukas 7 : 37-38 ada seorang perempuan yang meminyaki Yesus dengan minyak wangi dan membasuk kaki-Nya dan menyekanya dengan rambutnya. Dalam Yoh 11:2 dijelaskan bahwa : “Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya” dan di dalam Yoh 12:3 diperjelas lagi : “Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu”
Maria dan Marta adalah saudara Lazarus (seorang yang dibagkitkan Yesus setelah empat hari berada dalam kubur). Mereka tinggal di Betania dimana Yesus pernah dilemparioleh orang-orang Yahudi. Yoh 11:5 membuktikan kedekatan Yesus dengan mereka, “Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus”.
Penjelasan
Kisah ini terjadi ketikaYesus dan murid-muridnya singgah di rumah Maria dan Marta di kampung Betania dalam sebuah perjalanan.
Dalam kisah ini disebutkan bahwa sebagai tuan rumah yang baik, Marta “sangat sibuk” melayani Yesus”, sementara kakaknya Maria dengan tenang duduk dekat Tuhan Yesus dan dengan serius mendengarkan perkataan-Nya”.
Marta yang merasa dibiarkan bekerja sendiri untuk melayani Yesus kemudian “complain” dan berkata : “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."”. Tetapi jawaban Yesus justru membela apa yang dilakukan Maria dan berkata : ”Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Di satu sisi kita melihat bahwa Marta adalah pihak yang benar, coba kita bayangkan jika di rumah kita sedang ada tamu, sementara kita sibuk mempersiapkan jamuan dan menyajikan makanan untuk tamu tersebut, saudara kita yang lain justru asyik duduk tenang di ruang tamu? Mungkin kita akan melakukan hal yang sama dengan Marta (complain). Demikian juga dalam pelayanan, sebagai pelayan di gereja misalnya, kita pun seringkali begitu sibuk melakukan ini dan itu sampai kita kehilangan momen penting dalam ibadah sehingga kita terus mengeluh, mengasihani diri, dan complain terhadap sesama pelayan.
Memang kita bisa membenarkan keluhan Marta jika dilihat secara duniawi, dan Yesus pun mengajar kita untuk melayani, tetapi ketika melayani Tuhan, yang harus kita ingat adalah bahwa kita bukan sedang melayani manusia, melainkan Tuhan. Jika kita melayani tanpa hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan, pelayanan akan terasa menjadi menjadi beban. Demikian yang terjadi dengan Marta, walaupun tidak ada salahnya dia melayani, namun dia keliru karena melupakan satu hal penting yakni bahwa yang sedang dilayani bukan tamu biasa yang datang ke rumahnya tetapi yang sedang dihadapinya adalah Yesus. Dia belum mengenal Yeusu secara utuh walaupun selama ini dia dan Maria telah mengenal Yesus secara dekat.
Sementara itu Maria lebih mengenal Yesus secara rohani daripada Marta. Maria tahu Yesus tidak butuh dilayani secara manusiawi, justru Yesus mengajarkan bahwa Dia datang adalah untuk melayani. Maria dengan tenangnya malah ingin dilayani melalui pengajaran Yesus. Maria melihat ada sesuatu yang lebih penting yang mau dia dapatkan dari kehadiran Yesus lebih daripada sekedar ramah-tamah dan pelayanan yang supersibuk.
Renungan
Dalam kehidupan dan pelayanan gereja kita sehari-hari sikap manakah yang lebih sering kita lakukan? Seperti Maria atau Marta?
Memang sikap seperti Maria dan Martha sama diperlukan diperlukan dalam pelayanan, Gereja membutuhkan orang-orang seperti Marta yg suka “marhobas” seperti bagian konsumsi, dekorasi, Dkumentasi, dll yang sring disebut “seksi repot”. Dan gereja juga membutuhkan orang-orang seperti Maria yang duduk manis dalam ibadah, mendengarkan khotbah, berdoa, dll. Sebab jika semua menjadi sibuk seperti Marta, maka ibadah juga akan sepi, sebaliknya jika semua seperti Maria maka pelayanan akan kacau.
Maria dan Marta adalah sahabat Yesus, yang dilakukan keduanya sama-sama berkenan kepada Yesus. Namun ketika Yesus berkata : “…Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya", jika kita kaitkan ke dalam pelayanan gereja, yang ingin Yesus katakan adalah bahwa kita semua punya bagian masing-masing dalam pelayanan ini.
Dalam konteks ini kita melihat beberapa kesalahan Marta :
-Kesalahan pertama Marta adalah ketika dia “complain” atas sikap Maria. Marta ingin agar Maria melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan, padahal dalam pelayanan kita tidak bisa melakukan hal yang sama sekaligus, semua orang boleh mengambil bagian masing-masing sesuai dengan talenta dan kemampuannya. Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk mengambil bagian tugas pelayanan yang sama seperti kita, karena setiap orang berbeda. Seperti telah disinggung diatas, ada orang yang talentanya “marhobas” di bagian-bagian praktis, dan ada yang talentanya menjadi pendoa syafaat, pengkhotbah, dll. Semua itu jika dilakukan semata-mata untuk Tuhan, maka Tuhan akan berkenan. Sehingga tidak ada seorangpun yang bisa mengklaim bahwa pelayanannyalah yang benar, yang lain tidak.
-Kesalahan kedua adalah ketika dia mengandalkan pikirannya sendiri dalam melayani Yesus. Dia mengira bahwa yang dia lakukan adalah yang terbaik dan berkenan di kepada Yesus, dia tidak mengerti apa yang Yesus inginkan, namun dia melakukan apa yang baik menurut pikirannya sendiri. Kita juga sering demikian, Banyak di antara kita yang melayani Tuhan dengan cara pikir dan kehendak kita sendiri, tidak memhami kehendak Tuhan yang ingin kita lakukan. Kita sering melayani dengan tujuan supaya kelihatan melakukan yang terbaik di mata jemaat, sibuk terlibat dalam pelayanan gereja tetapi lupa bahwa hidup kita masih jauh dari kehendak Tuhan, sehingga kita hanya bisa “complain” melihat sikap orang lain yang mungkin tidak sesibuk kita.
Kesimpulan
Marilah kita arahkan pelayanan kita semata-mata hanya untuk Tuhan, jangan “complain” melihat bagaimana orang lain melayani Tuhan Tetapi fokuskanlah pelayanan kita agar seturut dengan kehendak Tuhan, bukan seturut dengan pikiran kita.
Sikap Maria dan Marta harus kita jadikan cermin dalam kehidupan pelayanan kita. Kita bisa melayani Tuhan dengan apa yang kita miliki, namun intinya adalah agar kita selalu dekat dengan Tuhan. Ada beragam karunia yang Tuhan berikan kepada kita, masing-masing kita jadikan alat untuk melayani Tuhan.
Kita harus bisa membedakan apakah pelayanan kita untuk manusia atau untuk Tuhan?. Melayani Tuhan tidak mengenal rasa capek, bosan, jenuh dan idak “complain”. Melayani Tuhan harus tetap bersemangat dan bergairah, dan melayani Tuhan yang benar adalah mengerti dan memahami kehendak Tuhan sehingga kita mampu memilih bagian pelayanan yang terbaik untuk kita seperti “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.". AMIN !
13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Pengantar
Pasal 13 dari Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus ini adalah yang paling terkenal dari keseluruhan 16 pasal yang ada dalam surat ini. Dalam pasal ini Paulus melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati yang merupakan intisari pengajaran Kristus.
Paulus ingin menjelaskan bagaimana aplikasi Kasih itu di dalam kehidupan manusia. Paulus mengirimkan surat ini kepada jemaat Korintus, dengan harapan ingin memecah berbagai persoalan yang timbul dalam jemaat itu.
Kasih, tidak cukup hanya dengan retorika bahasa saja, tetapi jauh lebih daripada itu aplikasi kasih yang benar akan menjawab segenap permasalahan dan persolaan yang timbul dalam segala aspek kehidupan manusia.
Ada beberapa pokok pikiran yang kita lihat dari pasal 13 ini :
·Ay. 1-3 : Tanpa Kasih, apa pun yang kita lakukan takkan berarti bagi Tuhan.