“Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan,
maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.”
(1
Korintus 15:14)
Dalam suasana penuh rasa syukur dan sukacita yang
menggempita, hari-hari ini umat Kristen Indonesia dan seluruh dunia memasuki
hari raya Paskah, hari peringatan kebangkitan Kristus dari kematian. Syukurlah,
dalam hal ini penderitaan, kesengsaraan dan kematian yang dijalani Yesus
mempunyai makna penebusan bagi manusia. Karena manusia sendiri tidak mampu melakukannya,
maka melalui penderitaan, kesengsaraan dan kematian-Nya, Yesus menggantikan
manusia yang oleh dosa-dosanya seharusnya menerima hukuman berupa penderitaan,
kesengsaraan dan kematian itu.
Dengan demikian, penderitaan, kesengsaraan dan
kematian yang harus dijalani Yesus demi tergenapinya missi penyelamatan-Nya
itu, bukan kelemahan, kekalahan ataupun kegagalan. Dan ini dibuktikan dengan
kebangkitan-Nya dari kubur di Hari Paskah. Kalau karya Yesus benar- benar
berhenti atau dihentikan oleh kematian-Nya, memang missi penyelamatan-Nya boleh
dikatakan tidak lengkap dan bahkan gagal. Tetapi syukur kepada Tuhan, karya
Yesus tidak berhenti hanya sampai salib di Jumat Agung. Dengan kematian dan
selanjutnya kebangkitan-Nya itu, dinyatakanlah betapa besar kasih, pengorbanan
dan pengampunan, yang adalah juga manifestasi dan wujud dari kemahakuasaan-Nya
yang melampaui segala kuasa dan keperkasaan yang bersifat manusiawi dan
duniawi.
Paskah tahun ini menginspirasikan dan memotivasi
kita untuk memusatkan perhatian dan pemikiran kepada makna Kebangkitan Kristus
pada masa kini di dalam sejarah kehidupan kita. Paskah yang dipahami sebagai
kebangkitan Kristus dari kematian, mendorong kita untuk mewujudkan keadaan yang
kondusif dan damai. Kita percaya bahwa Yesus Kristus telah hidup dari kematian,
kini Dia menciptakan kemanusiaan baru; kemanusiaan yang adil dan yang memiliki
tanggung jawab dalam mengukir masa depan.
Kita meyakini bahwa momentum Paskah selalu
memberikan secercah optimisme, sekalipun pada saat ini rasa kemanusiaan kita
sedang terusik. Pada saat ini, kemanusiaan akan menjadi wacana penting sewaktu
kita menyaksikan keadaan dunia menunjukkan ketidakberuntungan, bencana alam,
dan dampak buruk globalisasi yang langsung atau pun tidak langsung, berimbas
kepada masyarakat Indonesia
terutama kaum muda dan anak-anak. Efek dari penggambaran sengsara Yesus
selayaknya menjadi simbol yang menawarkan undangan untuk setiakawan dengan
saudara-saudari yang menderita, yang menjadi korban.
Misteri Paskah tidak berhenti pada kayu salib,
melainkan diikuti tindakan Allah yang membangkitkan Yesus dari alam maut, dan
menganugerahkan roh yang satu dan sama dengan Roh yang menghidupi Yesus.
Anugerah penebusan bagi umat beriman kristiani berarti menerima panggilan untuk
menjalani hidup mengikuti Yesus, ikut memperjuangkan apa yang dikatakan dan
yang dilakukan oleh Yesus, untuk menemukan Yesus pada yang paling hina, yang
lapar, haus, telanjang, tak punya tumpangan, sakit, dan tersingkirkan. Misteri
Paskah membawa undangan untuk ikut serta secara kreatif bekerja demi
nilai-nilai yang diperjuangkan dan dibela oleh Yesus dengan menanggung risiko
kematian di kayu salib. Dari perspektif misteri Paskah, ukuran untuk menilai
adalah apa yang diperjuangkan dan dibela oleh Yesus dengan risiko sampai kematian
di salib, yang dibenarkan oleh Allah dengan membangkitkan dari alam maut.
Paskah adalah pilihan, pilihan yang ditempuh
Yesus Kristus dan pilihan itu adalah pilihan moral, pilihan yang bertolak dari
kebebasan dan kata hati-Nya. Dalam peristiwa Paskah kita diingatkan bahwa Yesus
Kristus telah memilih dengan kata hati untuk menempuh kematian demi membebaskan
umat manusia dari kuasa dosa dan kuasa maut. Paskah adalah simbol dan meterai
menangnya keberanan Allah atas kebatilan manusia. Paskah adalah menangnya
kehidupan atas kematian. Paskah adalah menangnya kepentingan bersama umat
manusia atas egoisme dan pementingan pribadi, keluarga dan kelompok sendiri.
Paskah adalah menangnya pilihan kata hati atas pilihan karena suap dan bujuk
rayu kesenangan materialisme.
Paskah berarti kemenangan. Paskah adalah happy
end dari cerita penderitaan yang dipilih oleh Yesus Kristus. Kebangkitan
adalah kemenangan atas kuasa kematian sekaligus proklamasi kemenangan atas
kuasa doa: “Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah
kemenanganmu? Hai maut di manakah sengatmu?” Kemenangan hidup atas kematian
yang ditandai dan dimeteraikan oleh kebangkitan Yesus Kristus, memaknai setiap
pilihan yang diambil dan ditempuh oleh setiap orang percaya.
Paskah – kebangkitan dan kemenangan Kristus –
adalah dasar iman Gereja. Rasul Paulus menegaskan hal ini dalam suratnya kepada
jemaat Korintus, dengan mengatakan, “Tetapi andaikata Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan
kamu.” (1 Korintus 15:14). Penghormatan Gereja terhadap Paskah (termasuk
peristiwa Jumat Agung di dalamnya) telah dimulai sejak zaman Gereja perdana
dulu. Ibadah-ibadah Paskah selalu menempati tempat penting dalam kehidupan
Gereja. Pemahaman dan penghargaan kita atas karya keselamatan Kristus
semestinya bertumbuh dan berkembang sepanjang perjalanan kita bersama Dia. Ini
berarti seharusnya pertumbuhan dan perkembangan iman kita terjadi setiap hari
Gereja-gereja dan umat Kristen Indonesia dapat
belajar banyak dari penderitaan dan kebangkitan yang telah dijalani oleh Yesus
Kristus. Penderitaan yang dijalani Yesus memberi makna bagaimana Ia memiliki
komitmen tinggi terhadap pembaruan kemanusiaan; bahwa Ia sedia mengambil alih
penderitaan yang mestinya dijalani manusia menjadi bagian dari sejarah
hidup-Nya, dan tanggung jawab-Nya. Tuhan Yesus berkata: “Karena engkau
telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak
melihat, namun percaya.” (Ayat 29) Tampaknya bukan hanya Thomas yang perlu
mendapat peringatan itu, melainkan juga kita. Selamat Paskah!
Sumber : Pdt. Midian KH Sirait, MTh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML