Selamat datang di blog sederhana ini, kiranya menjadi berkat bagi kita semua

Kamis, 17 Februari 2011

KHOTBAH MINGGU Septuagesima 20 Feb 2011


LAKUKAN TUGAS SEBAGAI HAMBA
Ev. : Lukas 17:7-10.
17:7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
17:8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
17:9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.

Ep. : 2 Timoteus 4:6-10
4:6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
4:9 Berusahalah supaya segera datang kepadaku,
4:10 karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia

Pengantar

Dalam Perjanjian Baru, ke-empat Injil mencatat ada sekitar 49 kali Yesus membuat Perumpamaan dalam pengajarannya. Perumpamaan  tersebut bertujuan untuk menjelaskan sesuatu topic agar lebih mudah dipahami oleh pendengarnya.
Nats Ev. Minggu ini berbicara tentang Perumpamaan Tuhan Yesus tentang relasi Tuan dan Hamba. Kehidupan seorang Hamba di masa Tuhan Yesus tidaklah sama dengan kondisi saat ini. Dulu Hamba adalah property atau hak milik tuannya, yang bisa diperjualbelikan dan diperlakukan sesukanya. Kita mungkin agak kesulitan untuk memahami relasi antara seorang Tuan dan Hamba pada masa lalu jika dibandingkan dengan kondisi masa kini, sehingga  perumpamaan tentang tuan dan hamba sepertinya agak janggal. Saat ini, justru pekerja yang mempersoalkan satu atau lain hal merupakan peristiwa sehari-hari. Gaji yang lebih tinggi dan waktu kerja yang lebih singkat merupakan tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh para tenaga kerja. Juga, seorang pekerja yang bekerja di dalam sektor pemasaran pekerjaan tidak dapat berpindah begitu saja ke sektor yang lain. Tiap-tiap pekerja melakukan pekerjaannya di mana dia digaji.

Perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus menyatakan satu aspek tentang relasi tuan - hamba pada zaman itu. Meskipun latar belakang yang sebenarnya terjadi di zaman yang lain, tetapi aplikasi dari perumpamaan ini bersifat abadi. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan di dalam sketsa kecil tentang kehidupan pertanian di abad pertama itu, masih tetap berlaku dan relevan sampai saat ini.

Penjelasan

Yesus berkata, "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya; akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari lading : Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu : Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Tentu saja tidak!" Yesus melanjutkan, "Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan"

Konteks dari perumpamaan ini adalah hubungan yang dingin dan kaku antara seorang tuan dengan budaknya pada zaman dahulu, di mana seorang budak diharapkan mematuhi apapun yang diperintahkan tuannya untuk dia kerjakan. Jika tuannya memerintahkan hambanya untuk membajak ladang sepanjang hari dan menyiapkan makan malam sesudah dia kembali ke rumah, dia harus taat karena dia tahu bahwa semua itu adalah tugasnya. Sederhana sekali. Dan di dalam melakukan tugasnya, seorang budak tidak menerima ucapan "terima kasih," karena mengucapkan terima kasih kepada budak adalah hal yang tidak biasa.

Apakah yang ingin dikatakan Yesus di dalam perumpamaan ini?
Yesus menginginkan pengikut-pengikut-Nya mengetahui apa artinya menjadi hamba. Murid-murid-Nya hidup di dalam konteks religius yang menekankan tentang diberi atau tidak diberi upah. Mereka lebih dari satu kali berbantah-bantahan tentang siapa di antara mereka yang terbesar di dalam Kerajaan Surga. Oleh karena itu, Yesus mengajar mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya" (Markus 9:35). Dia sendiri memberikan teladan ketika Dia membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:1-17) dan, sesudah pelaksanaan Perjamuan Malam, mengajar mereka untuk menjadi hamba-hamba: " ... yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan" (Lukas 22:26, 27).
Tak henti-hentinya Yesus harus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk tidak bekerja di dalam Kerajaan Allah demi upah. Allah tidak mempekerjakan hamba-hamba-Nya supaya mendapatkan upah karena pelayanan mereka. Tidak ada hamba yang pernah berkata, "Allah berhutang kepada saya." Allah tidak membeli pelayanan seperti tuan yang membeli waktu dan keterampilan dari hambanya. Dan karena Allah tidak masuk ke dalam hubungan tuan-hamba, tidak seorang pun dapat mengajukan tuntutan kepada Allah untuk pelayanan yang sudah diberikan.
Yesus menceritakan perumpamaan tentang tuan dan hamba untuk memberikan perspektif tentang arti menjadi seorang hamba kepada murid-murid-Nya. Tuan tersebut dapat membuat tuntutan-tuntutan yang jauh atas waktu dan keterampilan hambanya. Dia berhak melakukan hal ini demi keuntungan dan kesenangannya sendiri. Yesus mengisyaratkan, jika hal ini berlaku antara tuan dan hambanya, betapa lebihnya dengan hamba-hamba Allah  yang telah dipanggil untuk mengasihi dan melayani Allah dengan hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan? Jika Allah menyuruh hamba-hamba-Nya kudus karena Dia adalah Kudus, maka tidak seorang pun dapat datang kepada-Nya dan mengharapkan upah karena pekerjaan yang dilakukannya. Tidak seorang pun dapat menuntut kata pujian dari Dia karena melakukan tugasnya. Jika Allah memberi pujian dan upah, Dia melakukannya karena anugerah bukan karena balas jasa.

Demikian juga yang dilakukan oleh Paulus dalam Bacaan Ep. Minggu ini, dimasa-masa akhir tugas pelayanannya sebagai Hamba Allah dia ingin mengingatkan Timotius supaya teguh dalam pelayanannya. Sebagai Hamba Allah Paulus berkata : ”… darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan…”, hal ini menunjjukkan bahwa Paulus tidak menuntut apa-apa dari Allah sebagai upah pelayannanya di dunia ini karena dia sadar bahwa apa yang dilakukkannya semata-mata adalah menunaikan tugas untuk memberitakan injil kebenaran dan menyebutnya akhir dari pertandingan yang baik. Paulus tahu bahwa dia tidak berhak menuntut balas jasa atas pelayannanya di dunia, tetapi dia juga tahu bahwa Allah akan menyediakan anugrah mahkota kebenaran bagi hamba-hambaNya yang telah melakukan tugas pelayanannya dengan benar.  

Renungan

Sebagai hamba-hamba Allah, kita adalah unprofitable servant, Hamba yang tidak mencari untung, gaji atau laba dari pelayanan kita. Hamba Allah tidak seperti pekerja perusahaan yang digaji oleh bos sesuai dengan tingkat jabatan dan keahliannya. Relasi kita dengan Allah bukanlah hubungan kerja antara pekerja dengan bos-nya, tetapi relasi kita dengan Allah adalah karena Anugrah. Anugrah Tuhanlah yang memampukan kita melayani Dia, jadi jangan ada hamba Tuhan yang sombong karena merasa sudah banyak bekerja untuk Tuhan sehingga merasa bahwa Tuhan berhutang kepadanya. Kita hanya melakukan apa yang harus kita lakukan karena anugrah Allah, sebagaimana Yesus berkata : ”Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan”. AMIN



1 komentar:

HTML