Kel. UTM. Nainggolan/Evalina Hutauruk |
Kel. CSt. UTM Nainggolan
menyampaikan :
1. Refleksi
Tahun 2010 sebentar lagi akan akan berlalu, ada 365 hari yang sudah terlewati dalam setahun ini. Setiap hari (mungkin setiap jam,menit atau detik) kita mengalami berbagai peristiwa kehidupan. Dari mulai peristiwa kecil sampai peristiwa besar, Suka dan duka, bahagia dan derita, senang dan susah, sehat dan sakit, dst.
Ketika kita sampai di akhir tahun 2010 ini, semua peristiwa ini bagaikan rekaman yang disiarkan ulang dalam pikiran kita, ada yang masih jelas, samar atau sudah terhapus sama sekali. Para ahli mengatakan bahwa manusia cenderung untuk selalu mengingat peristiwa-peristiwa yang menyakitkan, menyedihkan, pahit dan kesusahan dan melupakan peristiwa-peristiwa yang menyenangkan. Itu sebabnya memori kita lebih banyak mem-backup kisah-kisah sedih dalam kehidupan dan men-delete kisah-kisah yang menyenangkan, sehingga sesuatu peristiwa yang menyakitkan yang melibatkan pribadi kita dengan orang lain cenderung untuk di ingat “seumur hidup”. Dalam hal kerohanian pun, kita lebih banyak mengeluh daripada bersyukur.
Demikian juga lah yang aku alami dalam tahun 2010 ini, sepertinya lebih banyak peristiwa ‘tidak menyenangkan” yang terjadi, namun diantara semuanya itu ada rasa syukur yang amat besar karena aku merasakan bahwa dalam peristiwa-peristiwa tersebut, Tuhan masih mengasihi aku.
- Awal April 2010 perusahaan tempat saya bekerja berhenti produksi karena kesulitan keuangan, sehingga terpaksa ”merumahkan” sebagian karyawannya. Aku bersyukur tidak termasuk dalam daftar yang dirumahkan dan tetap masih bekerja sampai sekarang.
- Pada saat yang sama, menjelang Paskah aku mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan engsel tangan sebelah kiri bergeser, sehingga lebih kurang seminggu harus menjalani pengobatan urut tradisional pada ahli patah tulang. Aku bersyukur karena dalam situasi seperti itu, aku masih bisa bertahan dan boleh bekerja dengan kondisi tangan memakai penyanggah.
- Dalam waktu yang sama, Aku menerima berita duka meninggalnya Kakak Ipar (inang bao) di kampung kami di Sipoholon-Tarutung. Beliau meninggal secara tiba-tiba sehingga menimbulkan isu “Begu Ganjang” yang marak di sekira wilayah Tapanuli pada saat itu. Dengan kondisi tangan yang belum pulih akibat kecelakaan itu, aku dan istriku pulang ke kampung untuk melayat Kakak Ipar yang meninggal tersebut. Kesedihan mendalam kami rasakan mengingat bahwa belilau meninggal dalam usia muda ( 40 tahun ) dan meninggalkan suami dan anak-anak yang masih kecil.
- Bulan Oktober 2010, Aku terpaksa harus dirawat di Rumah sakit akibat terserang Demam Berdarah Dengue (DBD) selama 4 hari dan harus istirahat selama lebih kurang 2 minggu. Aku bersyukur karena kondisi perusahaan tempatku bekerja yang belum aktif justru memberi aku kesempatan untuk istirahat sampai pulih.
- 15 Desember 2010, sore ketika aku masih di kantor, aku menerima kabar bahwa anakku yang ke-3 Sion Ridho Utama mengalami kecelakaan motor ketika akan menjemput kakaknya pulang dari sekolah. Kondisinya parah karena sepeda motor yang dikendarainya menabrak truk container dari belakang. Segera aku meluncur ke Rumah Sakit dan melihat kondisi anakku yang berdarah, kaki dan tangan lecet, bibir pecah, lima buah giginya patah. Segera aku minta kepada pihak Rumah Sakit agar dilakukan CT Scan dan Thorax untuk memastikan apakah anakku mengalami gangguan dalam kepala dan bagian dada. Syukur kepada Tuhan, hasil scan menunjukkan bahwa tidak ada masalah dengan kepala dan dadanya. Dokter memperbolehkan Rawat jalan dan akhirnya kami membawanya pulang dan dirawat di rumah.
Peristiwa menyakitkan dan menyedihkan yang berturut-turut menimpa aku dan keluargaku tahun 2010 ini, membuatku merenung dan meng-instrokpesi diri. Aku merasa bahwa Tuhan sedang menghukum aku atau mungkin mengingatkan aku agar verubah dan mau memperbaiki diri.
Hasil perenungan itu menyadarkanku bahwa ada kalanya dengan sadar atau tanpa sadar aku melakukan kesalahan dalam pekerjaan, pelayanan dan keluarga. Semuanya itu bisa jadi adalah penyebab sehingga Tuhan merasa perlu untuk “mengingatkan” aku agar jangan sampai terlalu jauh melangkah ke arah yang salah. Teman-temanku meng-istilah-kan semua kejadian itu sebagai “ Teguran Manis” dari Tuhan.
Namun aku percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup ini tidak pernah lepas dari kendaliNya. Dan yang paling penting, aku menemukan suatu pengertian bahwa dalam setiap masalah, penderitaan, kesusahan dan keterpurukan, selalu ada terselip kasih & berkat Tuhan yang membuat kita bersyukur. Kata Kunci adalah bersyukur dalam segala hal dan menerima segala sesuatu kejadian dalam hidup ini sebagai bagian dari interaksi kita dengan Tuhan.
Di akhir Tahun 2010 ini pun, aku bersyukur karena dari 52 minggu yang ada, mungkin hanya sekitar 4 minggu aku mengalami sakit, susah dan sedih, sementara 48 minggu sisanya aku lalui dengan sukacita.
2. Resolusi
Tahun 2011 sudah menjelang, secara manusiawi pemandangan ke depan masih gelap. Kita belum tahu apa yang akan terjadi nanti. Namun dengan iman kita yang bisa melihat masa depan lebih jelas dan terang. Mimipi-mimpi kita boleh jadi menjadi kenyataan dan harapan-harapan kita bisa jadi terwujud.
Secara pribadi, aku memandang Tahun 2011 dengan resolusi sbb :
- Perusahaan tempatku bekerja bisa kembali berjalan dengan lancar.
- Aku dan se-isi keluargaku bebas dari penyakit,
- Ibuku dan Bapak/ibu mertua di kampung tetap sehat
- Anak-anakku bisa menjalani pendidikannya dengan lancar : Niel kuliahnya lancar masuk semester 6, Kiki bisa menamatkan SMK nya dengan baik, Ridho akan naik kelas 3 SMU, Echa naik kelas 2 SMP dan grace naik kelas 2 SD.
- Pelayananku di gereja bisa semakin lebih baik
Selanjutnya biarlah Tuhan yang mengatur sesuai dengan kehendakNya.
SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011
Syalomm………Tuhan memberkati kita !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML