BERHARAPLAH KEPADA TUHAN, KASIH
SETIA-NYA TAK BERKESUDAHAN
Ev. Ratapan 3:22-33
3:22 Tak berkesudahan kasih
setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
3:23 selalu baru tiap pagi;
besar kesetiaan-Mu!
3:24 "TUHAN adalah
bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.
3:25 TUHAN adalah baik bagi
orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.
3:26 Adalah baik menanti
dengan diam pertolongan TUHAN.
3:27 Adalah baik bagi seorang
pria memikul kuk pada masa mudanya.
3:28 Biarlah ia duduk
sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya.
3:29 Biarlah ia merebahkan
diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan.
3:30 Biarlah ia memberikan
pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan.
3:31 Karena tidak untuk
selama-lamanya Tuhan mengucilkan.
3:32 Karena walau Ia
mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya.
3:33 Karena tidak dengan rela
hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia.
Ep. 2 Kor 8:7-15
8:7 Maka sekarang, sama
seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, -- dalam iman, dalam perkataan, dalam
pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami
-- demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.
8:8 Aku mengatakan hal itu
bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain
untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.
8:9 Karena kamu telah mengenal
kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi
miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.
8:10 Inilah pendapatku tentang
hal itu, yang mungkin berfaedah bagimu. Memang sudah sejak tahun yang lalu kamu
mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikannya juga.
8:11 Maka sekarang, selesaikan
jugalah pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu,
dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu.
8:12 Sebab jika kamu rela
untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu
berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.
8:13 Sebab kamu dibebani
bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada
keseimbangan.
8:14 Maka hendaklah sekarang
ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka
kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.
8:15 Seperti ada tertulis:
"Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang
mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan."
Pengantar
Secara tradisional para penafsir meyakini bahwa penulis Kitab Ratapan adalah Yeremia,
dengan berbagai argumentasi bapa-bapa gereja
juga mengadopsi keyakinan yang sama. Hal itu didasarkan kepada keyakinan bahwa kitab ini ditulis oleh orang
yang menyaksikan peristiwa kehancuran Yehuda. Kitab ini ditulis antara tahun 587-538 SM, keberadaan bangsa Israel pada waktu itu sudah
ditaklukan oleh Babel, Bait suci telah diruntuhkan dan mereka dibuang sebagai tawanan ke negeri
Babel.
Kitab Ratapan merupakan ungkapan
kesedihan atas atas kehancuran bait Alah dan Yerusalem. Secara psikologis adalah sesuatu hal yang menyakitkan
melihat kehancuran symbol-simbol keagamaan dan kebanggaan bangsa Yehuda itu
(Tanah perjanjian, Yerusalem dan bait Allah). Secara Teologis tidaklah mudah untuk
menyaksikan dan memahami bagaimana negara teokrasi ini akhirnya
justru hancur dan rata dengan tanah.
Kitab Ratapan merupakan ungkapan yang
mengajarkan cara pandang yang benar terhadap peristiwa yang terjadi.
Sama seperti berita nabi-nabi yang melayani selama atau sesudah pembuangan,
Kitab Ratapan merupakan penjelasan teologis dalam bentuk
puisi terhadap nasib yang menimpa bangsa Yehuda.
Semua peristiwa tersebut berawal dari ketidaksetiaan mereka terhadap
Allah. Allah meninggalkan
mereka karena mereka lebih dahulu meninggalkanNya.
Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa kitab ini
ditulis untuk menyampaikan pelajaran pelajaran rohani
yang dapat dipetik dari kehancuran yang ada.
Nats ini merupakan penghiburan yang memberikan pengharapan bahwa sekalipun
Sion telah hancur sebagai hukuman akibat dosa-dosa mereka, tetapi hukuman tersebut tidak meniadakan kebaikan TUHAN. Kasih
setia-Nya tetap berlangsung (3:22-23). Selain
kesedihan masih ada iman
yang tersisa yang menumbuhkan pengharapan bahwa sesungguhnya masih
ada lagi masa depan yang lebih baik bagi bangsa
itu.
Penjelasan
·
Ay. 22-24, Ayat ini mengingatkan bangsa
Israel tentang karakter Allah yang memiliki kasih setia yang tak habis-habisnya. Walaupun Penulis Ratapan menyadari
bahwa semua yang terjadi adalah hukuman atas
dosa dan ketidak setiaan umat dan setelah kesadaran akan dosa mereka, pada akhirnya
mereka mengakui bahwa Kasih setia Tuhan tidak habis-habisnya. Pengakuan ini
adalah merupakan bentuk penyadaran bahwa Tuhan menghukum mereka atas dosa-dosa
mereka tapi sesungguhnya dibalik itu semua Tuhan tidak akan menghentikan kasih
setiaNya, bahkan selalu diperbaharui
setiap hari.
·
Ay. 25-26, Namun
demikian, penulis Ratapan ini menyadari bahwa kebaikan dan kasih setia Allah itu
hanya berlaku bagi orang orang yang mencari Dia dan menaruh harapan
kepadaNya. Dengan kata
lain, pengharapan akan kasih setia Tuhan harus
disertai dengan pertobatan. Sebab orang yang menyadari kesetiaan Allah adalah orang yang
telah mengaku salah dan meninggalkan perbuatan dosa dan mau menanti-nantikan pertolonganNya dengan
sabar.
·
Ay. 27-30, Orang yang berharap kepada
Tuhan harus siap dan sabar dalam menghadapi beban penderitaan dan cercaan.
Dalam kondisi demikianlah sebenarnya kesetiaan manusia diuji. Kesetiaan hanya
bisa teruji ketika menghadapi kesusahan dan penderitaan. Oleh karena itu, pengharapan kepada Tuhan juga harus disertai kesetiaan, kesabaran serta
penyerahan hidup secara total kepada penyertaan Tuhan. Ketika penderitaan datang hendaklah kita
berdiam diri, bukan berarti pasrah, tetapi maksudnya tidak bersungut-sungut, itulah yang Tuhan kehendaki.
·
Ay. 31-33, Ini menegaskan sifat Allah yang tertulis dalam Yeh. 33:11
:”…Aku tidak berkenan kepada kematian
orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari
kelakuannya supaya ia hidup”. Lewat penderitaan manusia, Allah menginginkan
pertobatan. Oleh karena itu, penulis Ratapan ini mengingatkan bahwa kesusahan dan penderitaan bukanlah akhir dari kehidupan manusia, walaupun
Allah menghukum tapi tidak untuk selama-lamanya. Walaupun Allah
mengizinkan penderitaan dan kesusahan karena dosa manusia, tetapi dibalik itu Ia juga menyayangi menurut
kebesaran kasih setia-Nya.
Renungan
·
Allah adalah Tuhan yang penuh kasih setia, Namun Dia
juga bisa murka dan bisa menghukum manusia atas dosanya. Namun, jikapun Allah menghukum manusia, itu adalah bagian dari kasihNya yang
tidak menginginkan manusia tetap di dalam dosa. Oleh karena itu, pertobatan adalah jalan satu-satunya
untuk. Artinya Allah akan kembali kepada sifatnya yang semula
yaitu Dia baik bagi semua orang yang menyadari akan dosanya.
·
Nats ini juga merupakan penghiburan bagi orang yang sedang mengalami penderitaan,
supaya tidak berputus asa, tetapi tetap menaruh pengharapannya kepada Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah
dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Rom 12:12). AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML