Selamat datang di blog sederhana ini, kiranya menjadi berkat bagi kita semua

Kamis, 26 Januari 2012

Khotbah Minggu 29 Jan 2012

BEBAS, TAPI BERHIKMAT 
Ev. I Kor 8:1-13
8:1 Tentang daging persembahan berhala kita tahu: "kita semua mempunyai pengetahuan." Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun.
8:2 Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu "pengetahuan", maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya.
8:3 Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.
8:4 Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa."
8:5 Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi -- dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian --
8:6 namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
8:7 Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya.
8:8 "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."
8:9 Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.
8:10 Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai "pengetahuan", sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala?
8:11 Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena "pengetahuan"mu.
8:12 Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus.
8:13 Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.


Ep. Maz 111:1-10
111:1 Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah.
111:2 Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
111:3 Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya tetap untuk selamanya.
111:4 Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang.
111:5 Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya.
111:6 Kekuatan perbuatan-Nya diberitakan-Nya kepada umat-Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka bangsa-bangsa.
111:7 Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh,
111:8 kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.
111:9 Dikirim-Nya kebebasan kepada umat-Nya, diperintahkan-Nya supaya perjanjian-Nya itu untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan dahsyat.
111:10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.



Pengantar 
Ketika masih anak-anak, penulis sering melihat sebuah keluarga yang mengadakan acara pesta keluarga, sebelum pesta di mulai mereka mengambil makanan dan membawanya ke dalam kamar kosong. Makanan tersebut diletakkan disana dan tidak boleh seorangpun masuk ke dalam kamar dan mengambilnya hingga acara pesta selesai. Ketika penulis bertanya “untuk apa makanan itu di letakkan dalam kamar?” jawabnya untuk persembahan kepada arwah nenek moyang, supaya mereka merestui acara pesta keluarga yang sedang berlangsung.  
Kemudian penulis juga sering melihat berbagai macam makanan dan buah-buahan diletakkan di atas kuburan (paling banyak di kuburan orang tionghoa). Tujuannya sama, yaitu persembahan kepada arwah anggota keluarga yang sudah meninggal. Berkenaan dengan makanan yang dipersembahkan kepada arwah tersebut, bagaimana Paulus memandangnya dan apakah makanan bekas persembahan tersebut masih boleh dimakan? Apakah makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala itu menjadi haram bagi orang Kristen?. Untuk menjawab pertanyaan itu, marilah kita mempelajari nats ini selanjutnya.

Latar belakang 
Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus  ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen.
Mayoritas orang-orang yang sudah percaya di Korintus mempunyai latar-belakang penyembahan berhala dan masih banyak keluarga mereka yang belum percaya, masih mengadakan penyembahan kepada berhala. Sehingga banyak daging yang diperjual-belikan di pasar-pasar di kota Korintus berasal dari binatang yang dikorbankan di kuil-kuil berhala.   Para pedagang suka membeli daging dari kuil-kuil untuk dijual lagi, karena barangnya bagus tetapi harganya lebih murah.   
Dalam kondisi seperti itu, apakah orang-orang yang sudah percaya dan menerima Kristus boleh membeli atau mengkonsumsi daging seperti itu?  Dan apakah orang Kristen boleh menerima undangan makan dari orang yang belum Kristen? Dan apabila menerima undangan itu, apakah mereka harus mengadakan pemeriksaan atas makanan yang dihidangkan?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, kita akan coba gali pandangan Paulus tentang makanan persembahan berhala tersebut dari 1 Kor 8:1-13 dan 1 Korintus 10:14-33)

Penjelasan
  • Dalam ay. 4-6 dikatakan : "Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: 'tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa, Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi    dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian    namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup". (1 Kor. 8:5-6). Nats ini mengingatkan kita kepada Hukum Taurat yang Pertama ; “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku (Kel. 20:3) artinya, dengan kata lain bahwa bahwa berhala bukanlah Allah dan seharusnya tidak dijadikan objek penyembahan. Oleh karena itu Paulus ingin mengatakan supaya jemaat itu tidak menjadi bodoh dan mempercaya bahwa berhala itu mempunyai kuasa untuk mendatangkan keuntungan dan layak menerima penyembahan. (bnd. Mzm. 115:4-8; 135:15-18).
  • Dalam ay. 7 dikatakan “Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya.” Untuk memahami persembahan berhala, dibutuhkan pengetahuan yang benar tentang hal tersebut, sehingga kita tidak terjebak dalam pemahaman yang salah.  Ketika kita harus makan makanan tersebut janganlah kita menganggapnya sebagai persembahan berhala yang memiliki berkat. Karena jika demikian kita telah terjebak kepada konsep yang keliru, yaitu menganggapnya sebagai makanan persembahan berhala, dan orang yang makan makanan itu sebagai makanan persembahan berhala dalam arti mengharapkan "khasiatnya" atau "berkat dari padanya", ia telah bersekutu dengan roh-roh jahat  yang berada di belakang penyembahan berhala itu (1 Kor. 10:19-20). Pemahaman inilah yang dikuatirkan oleh Para Rasul dan penatua-penatua bagi orang-orang Kristen baru yang berlatar belakang penyembahan berhala, sehingga dibuat suatu keputusan yang mengatakan : “kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik" (Kis. 15:19-20;29).           
  • Namun dalam ay. 8 dikatakan : "Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan." Terkait makan bekas persembahan berhala, ada pemikiran bahwa makanan tersebut telah berubah menjadi pembawa berkat, sehingga orang yang makan makanan itu akan diberkati. Tetapi Paulus ingin menjelaskan bahwa berhala tidak dapat mencicipi apalagi merubah makanan yang dipersembahkan kepadanya. Makanan itu tidak menjadi lebih berkhasiat ataupun menjadi rusak oleh karena dipersembahkan kepada berhala. Dulu, dikampung penulis, orang beranggapan, jika makanan tersebut menjadi dingin dan rasanya berubah, maka itu berarti arwah nenek moyang telah menikmatinya, padahal perubahan itu disebabkan karena makanan diletakkan terbuka di dalam ruangan dalam waktu yang lama. Paulus menegaskan arwah/berhala itu sendiri tidak membawa perubahan apapun pada makanan, sehingga tidak ada untungnya jika dimakan dan tidak ada ruginya jika dimakan. (1 Kor. 8:8).
  • Paulus berkata dalam 1 Tim 4:4-5 :”Semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa"  Jadi, makanan apapun itu, baik bekas persembahan berhala atau tidak (yang penting makanan sehat), jika kita makan dengan hati yang bersyukur kepada Allah, maka makanan itu akan dikuduskan  Allah mellaui  doa kita.  Kalaupun kita makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, bila kita menerimanya dengan pemahaman yang sesuai  firman Allah bahwa berhala tidak merubah makanan itu serta menaikan doa syukur kepada Allah untuk hidangan yang tersedia, maka semua makanan itu adalah kudus dan halal.   Suatu makanan tidak menjadi haram bagi orang Kristen hanya karena makanan itu telah dipersembahkan kepada berhala (1 Kor. 8:8 ; 10:23). Tetapi janganlah kita makan sebagai makanan persembahan berhala, melainkan makanlah hidangan yang tersedia dengan mengarahkan hati yang bersyukur kepada Allah.
  • Dalam ay. 9-13 dikatakan,  bahwa memang kita memiliki kebebasan untuk memilih makan atau tidak makanan itu, namun jangan sampai kebebasan itu menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah (1 Kor. 8:9). Karena apabila kita makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (dengan konsep yang benar) di depan saudara-saudara seiman yang lemah, maka mereka akan semakin dijatuhkan untuk makan makanan persembahan berhala itu (dengan konsep yang salah).  Apabila suatu makanan dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain, lebih baik kita tidak makan makanan itu. Dengan demikian orang lain tidak akan jatuh oleh karena makanan yang kita makan. Itu sebabnya Paulus berkata dalam ay. 13 "Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku".
Penutup
Dari penjelasan diatas kita boleh ambil beberapa pokok sebagai kesimpulan tentang bagaimana kita melihat makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala :
  • Kita boleh makan semua makanan yang dihidangkan tanpa melihat apakah makanan itu telah dipersembahkan kepada berhala atau tidak, asal dengan pemahaman iman yang benar kepada Allah dan pengucapan syukur. Semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh Firman Allah dan oleh doa. Tetapi jika di dalam hati kita masih ada keraguan atas makanan itu, maka sebaiknya kita tidak makan agar hati nurani kita tidak dinodai.
  • Bagi orang-orang yang baru percaya Kristus yang berlatar-belakang penyembahan berhala diperintahkan untuk tidak makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (Kis 15:29), bukan dikarenakan makanan itu menjadi haram, melainkan oleh dua alasan lainnya.
  1. Pertama, oleh karena hati nuraninya lemah, maka hati nuraninya dinodai  sehingga sesudah makan makanan itu hatinya menjadi tidak tenang dan kehilangan damai sejahtera (1 Kor 8:7),
  2. Kedua, orang-orang Kristen baru itu makan makanan tersebut sebagai makanan persembahan berhala, dalam arti mengharapkan "khasiatnya" atau "berkat" dari padanya, sehingga dengan demikian mereka bersekutu kembali dengan roh-roh jahat  yang berada di belakang penyembahan berhala itu. (1 Kor 10:19-20)
  • Orang Kristen yang telah dewasa di dalam iman dan pengenalan akan Allah, harus dapat mengendalikan diri sehingga jangan menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara yang lain. Jika suatu makanan dapat menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya, lebih baik ia tidak makan.  (1 Kor 8:13). Artinya walaupun kita memiliki kebebasan, kita perlu mengendalikan diri supaya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.  Dalam hal makan, minum, merokok atau dalam melakukan apapun, kita harus memikirkan: apakah itu berguna, membangun, memperhatikan kepentingan orang lain juga, serta memuliakan Allah?. Itu sebabnya Paulus berkata : “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun”. (1 Kor 6:12).
  • Epistel Mazmur 111:9-10, mengingatkan kita bahwa kita sebagai umat Allah memang diberi kekebasan, namun dalam melakukan apapun kita harus tetap memiliki hikmat dan akal budi, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan tetap menjadi puji-pujian dan kemuliaan bagi Allah.  AMIN    !
sumber : 
- Pengantar kitab I Korintus  (Alkitab Elektronik)
- Pdt. Andreas Loanka, M. Div. (gki.or.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HTML