Mari Naik Ke Gunung Tempat Rumah Tuhan
Jes.2:1-5
2:1 Firman yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem.
2:2 Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
2:3 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
2:4 Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.
2:5 Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang TUHAN!
Latar belakang sejarah bagi pelayanan nubuat Yesaya, anak Amos adalah Yerusalem pada masa pemerintahan empat raja Yehuda: Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia (Yes 1:1). Raja Uzia wafat pada tahun 740 SM (bd. 1Sam 6:1) dan Hizkia pada tahun 687 SM; jadi, pelayanan Yesaya meliputi lebih daripada setengah abad sejarah Yehuda. Menurut tradisi Yahudi, Yesaya mati syahid dengan digergaji menjadi dua (bd. Ibr 11:37) oleh Raja Manasye putra Hizkia yang jahat dan penggantinya (+ 680 SM).[1]
Yesaya hidup sezaman dengan Hosea dan Mikha; ia bernubuat selama perluasan yang mengancam dari kerajaan Asyur, keruntuhan terakhir Israel (kerajaan utara) serta kemerosotan rohani dan moral di Yehuda (kerajaan selatan). Yesaya memperingati raja Yehuda, Ahas, untuk tidak mengharapkan bantuan dari Asyur melawan Israel dan Aram; ia mengingatkan Raja Hizkia, setelah kejatuhan Israel tahun 722 SM, agar jangan mengadakan persekutuan dengan bangsa asing menentang Asyur. Ia menasihati kedua raja itu untuk percaya Tuhan saja sebagai perlindungan mereka (Yes 7:3-7; Yes 30:1-17). Yesaya mempunyai pengaruhnya terbesar pada masa pemerintahan Raja Hizkia.
Pada masa itu, Asyur semakin kuat dan semakin mendesak kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya seperti Aram (Siria), Epraim (Israel Utara) dohot Jehuda (Israel Selatan). Tahun 732 SM, Aram ditaklukkan, menyusul Israel tahun 721 SM. Sehingga tinggal Yehuda yang semakin terdesak Yehuda pun semakin terdesak dengan terkepungnya Yerusalem, tetapi tidak mampu ditundukkan. Hal ini diyakini oleh orang Yehuda sebagai kuasa Tuhan, dan itulah yg mungkin melatarbelakangi nats ini.
Nats ini diberi judul perikop “Sion sebagai pusat kerajaan damai”, merupakan nubuat tentang kemuliaan Yerusalem di antara bangsa-bangsa. Sion (Yerusalem) digambarkan sebagai gunung Tuhan dan rumah Allah Yakub.
Penjelasan Tekstual
- Ay. 1, “Firman yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem.”, Ayat ini merupakan penegasan bahwa Yesaya anak Amos adalah penulis kitab ini. Yesaya adalah seorang nabi yang berasal dari keluarga kalangan atas di Yerusalem; dia orang berpendidikan, memiliki bakat sebagai penggubah syair dan berkarunia nabi, mengenal keluarga raja, dan memberikan nasihat secara nubuat kepada para raja mengenai politik luar negeri Yehuda. Biasanya, Yesaya dipandang sebagai nabi yang paling memahami kesusastraan dan paling berpengaruh dari semua nabi yang menulis kitab. Ia menikahi seorang wanita yang juga berkarunia kenabian, dan pasangan ini memiliki dua putra yang namanya mengandung pesan yang simbolik bagi bangsa itu. Tidak dijelaskan bagaimana Allah menyatakan firmanNya kepada Yesaya, tetapi yang jelas sebagai seorang nabi, tugas Yesaya adalah menyampaikan firman yang diterimanya dari Allah kepada umatNya dengan utuh, tidak boleh ditambah atau dikurangi. Firman Allah yang diterimanya bisa saja berupa perintah, hukum, nubuat, peringatan, dll. Cara Allah menyatakan firmanNya kepada Yesaya juga bisa dengan beragam cara, mungkin melalui ilham, pendengaran, penglihatan dan wahyu.
- Ay. 2, “Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana”, Ungkapan “hari-hari yang terakhir” bukan menunjuk kepada akhir dunia (parousia), tetapi menunjuk kepada hari/masa yang akan datang, bisa saja hari itu sudah dekat atau masih jauh. (tetapi ada juga yang menafsirkan tentang hari kedatangan Mesias atau waktu di antara kedatangan Kristus yang pertama dengan yang kedua). Yesaya ingin menggambarkan pada masa mendatang akan kembali berdiri tegak rumah Tuhan di atas bukit-bukit di Yerusalem. Memang pada masa itu Rumah Tuhan masih berdiri kokoh di bukit Moria yang didirikan Salomo (II Taw 3:1), dan Yerusalem pun masih utuh, tetapi saat itu sedang terancam oleh kerajaan Asyur yang dipimpin oleh seorang bernama Sanherib (baca II Raja-raja 18:13-37), sehingga peribadatan di pun terhenti dan rumah Tuhan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.. Namun akhirnya Allah sendiri yang menyelamatkan Yerusalem dengan membunuh 185.000 orang Asyur di perkemahan mereka (baca II Raja-raja 19:1-37). Setelah itu rumah Tuhan dibuka kembali dan banyak orang datang kesana untuk menyembah Tuhan (thn 701 SM). Istilah gunung tempat rumah Tuhan menggambarkan kekudusan, gunung selalu digambarkan sebagai tempat kudus, tempat Allah bersemayam. Itu sebabnya dikatakan pada hari-hari yang terakhir segala bangsa akan berduyun-duyun ke gunung tempat rumah Tuhan. Tafsiran lain mengatakan yang dilukiskan Yesaya dalam ayat 2 ini akan tergenapi sepenuhnya pada kedatangan Kristus yang kedua apabila Dia mendirikan kerajaan Allah di bumi. Yesaya bernubuat tentang suatu waktu ketika pemerintahan Allah akan ditegakkan di seluruh bumi (bd. Mi 4:1-3). Semua kejahatan, ketidakadilan, dan pemberontakan menentang Allah dan hukum-Nya akan ditumpas dan kebenaran akan memerintah (bd. Yes 59:20-60:3,14; Yer 33:14-16; Za 2:10-12). "Segala bangsa", orang Yahudi dan bukan Yahudi akan beribadah dan melayani Tuhan. Nubuat ini mencerminkan maksud terakhir Allah bagi Israel dan umat manusia; ini digenapi di dalam Yesus Kristus sendiri, Yang menjalankan keadilan dan kebenaran di bumi (Yes 9:1-7; 11:3-5).
- Ay. 3, “dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem.", Ajakan “Mari, kita naik ke gunung Tuhan….” Berarti adanya keinginan dan kerinduan untuk bersama-sama pergi ke rumah Tuhan, bukan hanya untuk pergi tetapi yang lebih penting lagi adalah tujuan mereka adalah untuk mendengar pengajaranNya sehingga mereka boleh berjalan seturut dengan jalan-jalan Tuhan. Sebab dari sanalah mereka akan mendapatkan firman pengajaran Tuhan untuk menjadi bekal rohani mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Perhatian utama semua orang yang datang kepada Tuhan haruslah mengenal dan menaati kehendak Allah sebagai warga kerajaan-Nya.
- Ay. 4, “Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.”, “Tuhan akan menjadi hakim diantara bangsa-bangsa”, berarti sebagai hakim, Tuhan akan mengadili setiap bangsa sesuai dengan pikiran dan perbuatan mereka masing-masing. Selanjutnya tugas hakim adalah membuat keputusan yang adil terhadap perselisihan dan memutuskan perkara dengan penyelesaian damai. Allah sebagai hakim akan membawa perdamaian kepada bangsa-bangsa yang berperang, digambarkan bahwa senjata pedang akan diganti menjadi mata bajak dan tombak akan diganti menjadi pisau pemangkas. Artinya aktivitas perang akan berhenti dan diganti dengan aktivitas pertanian untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia.
- Ay. 5, “Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang TUHAN. Ini adalah ajakan nabi Yesaya kepada bangsa Yehuda. Mereka adalah sumber keselamatan, melalui bangsa Yehuda akan terpancar sinar terang kepada seluruh bangsa. Tetapi bisa saja terjadi, bangsa-bangsa lain akan selamat, tetapi bangsa Yehuda tidak, bangsa-bangsa lain akan hiduo dalam terang Allah, bangsa Yehuda akan tinggal dalam kegelapan. Untuk itulah Yesaya mengajak mereka supaya jangan sampai hal seperti itu terjadi, mereka diajak untuk berjalan dalam terang Tuhan, artinya hidup seturut dengan kehendak Tuhan, taat kepada perintahNya dan hidup menurut jalan-jalanNya. Tidak ada bedanya bangsa Yehuda dengan bangsa-bangsa lain, barang siapa yang berjalan dalam terang Tuhan akan selamat, tetapi sebaliknya bangsa yang hidup dalam kegelapan akan hancur.[2]
Renungan
- Sebagaimana dengan Yesaya, Hamba-hamba Tuhan pada saat ini, tentu saja dipakai Tuhan untuk menyampaikan firmanNya kepada umatNya. Tuhan bisa memakai berbagai cara untuk menyatakan firmanNya, tinggal kepekaan kita untuk merasakan, mendengar dan melihatnya, sehingga kita mengerti bahwa Tuhan sedang berbicara kepada kita. Selanjutnya tugas kita adalah menyampaikan firmanNya dengan utuh, tidak menambahi dan menguranginya dengan pengetahuan duniwi kita.
- Hari-hari terakhir semakin dekat, mari kita saling mengajak satu dengan yang lain berjalan ke rumah Tuhan untuk mendengar pengajaran firmanNya, sehingga lewat pendengaran akan firman Tuhan iman kita semakin bertumbuh dan kita boleh berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan.
- Tuhan adalah hakim di antara kita, dimana kita tidak mendapatkan keadilan, Tuhan pasti memberikannya kepada kita. Yang penting adalah, mari kita ganti pedang dan tombak kita (yaitu semua hal yang kita pakai untuk menyakiti atau menghancurkan kehidupan orang lain) dengan mata bajak dan pisau pemangkas (yaitu hal-hal yang memberi kehidupan dan kesejahteraan kepada orang lain).
- Berjalanlah dalam terang Tuhan, Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu (Yes. 60:2). AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML