Semakin banyak saja nama tokoh-tokoh Alkitab menghiasi perbendaharaan kosa kata masyarakat Indonesia saat ini, dan anehnya lagi tokoh yang mulia itu (rasul dalam kitab nasrani) malah dipelesetkan menjadi kata yang berkonotasi negatif.
Masih teringat di benak kita kala Suharto memerintah Indonesia di dekade 80-an, Petrus menjadi kata yang paling tenar, bukan karena nama seseorang yang diagung-agungkan, tetapi singkatan dari “penembak misterius” yang menjadi senjata Suharto untuk membasmi para kriminal dan orang-orang yang berseberangan dengannya. Kala itu, para pria bertato disergap ketakutan karena muncul desas-desus petrus mengincar lelaki bertato. Peristiwa penculikan dan penembakan terhadap mereka yang diduga sebagai gali, preman, atau residivis itu, belakangan, diakui Presiden Soeharto, sebagai inisiatif dan atas perintahnya. “Ini sebagai shock therapy,” kata Soeharto dalam biografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.
Sekarang ini, istilah baru yang muncul adalah Markus (makelar kasus), istilah ini mulai terkenal ketika Anggodo Widjojo, adik dari Anggoro – buronan Polri, mulai menggodok-godok tubuh penegakan hukum dalam pembicaraan teleponnya yang berhasil disadap KPK. Lihainya Anggodo yang mampu menyeret nama beberapa pejabat besar termasuk presiden SBY dalam pembicaraannya ditenggarai merupakan salah satu makelar kasus terbesar di Indonesia saat ini. Nama Markus semakin terkenal takkala Susno Duadji – mantan Kabareskrim Polri, menyebut institusinya sendiri (Polri.red) merupakan institusi yang dipenuhi banyak makelar kasus.
Tidak ada yang aneh sebenarnya dari pernyataan Susno tersebut, toh tanpa diungkapnya pun, seluruh masyarakat Indonesia sudah terlebih dahulu menduga begitu, malahan juga masyarakat meyakini hal ini terjadi hampir di seluruh institusi penegakan hukum, mulai dari kepolisian, pengacara, kejaksaan, dan pengadilan. Dan sekarang sebutan Markus semakin meluas menjadi markus pajak, markus birokrasi, markus proyek, markus politik, dll. Hebat kan?
Secara sederhana, masyarakat melihatnya agak lucu saja, masak orang suci di Alkitab dipermainkan dengan arti yang berkonotasi negatif begitu. Tapi kita lihat sendiri di tengah lingkungan kita tidak ada satupun umat nasrani yang protes dengan penyebutan sembarangan rasul mereka itu. Apakah ini sebagai perwujudan kasih yang diajarkan dalam nasrani, tidak mau membuat polemik, atau tidak berani memulai interupsi, atau malah cuek-cuek saja. Namun apapun itu alasannya tetap saja menurut saya itu kurang beretika.
Jika dulu Petrus, sekarang Markus, lantas kedepan siapalagi yang akan dipelesetkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML