Tahun Ajaran baru selalu saja disibukkan oleh urusan mencari sekolah. Yang lulus SMA sederajat sibuk mencari peluang masuk di perguruan tinggi ternama, yang lulus SMP sederajat sibuk mencari peluang masuk SMA/SMK favorit, yang baru lulus SD juga sibuk mencari SMP unggulan, yang bosan sekolah sambil bermain di Taman Kanak-Kanak pun ingin segera masuk SD. Tidak mesti yang sibuk adalah anak-anak dan remaja calon peserta didik. Orang tua justru lebih banyak sibuknya disertai kekhawatiran bila anaknya tidak diterima.
Dan bulan ini saya pun disibukkan oleh anak saya Natasya yang telah lulus SD dan melanjutkan ke SMP dan anak bontot saya Grace (5 ½ tahun) yang seharusnya masih usia TK malah diterima di sebuah SD Negeri. Usia masih terlalu mudah sebenarnya bagi seorang anak untuk masuk SD Namun karena pertimbangan-pertimbangan ekonomi, terpaksa saya sepakat dengan istri akan soal ini.
Sambil merenung saya tertarik sebuah ulasan tentang berjudul Masuk SD di usia Dini. Berikut kutipan dari sebuah artikel yang berkaitan dengan Psikologi Anak tersebut :
TAK semua anak punya perkembangan intelektual yang ‘normal’ atau rata-rata. Ada anak ‘gifted’ atau ‘talented’ -yaitu dikaruniai kecerdasan atau bakat luar biasa- yang tingkat intelektualitasnya jauh melampuai anak-anak lain seusianya. Sayangnya, kadang anak gifted ini baru diketahui setelah ia masuk SD. Coba kalau bisa diketahui saat ia masih di preschool, kan bisa masuk SD lebih cepat.
Tapi, bagaimana peluang anak berbakat ini? Gimana orangtua mengetahui kalau anaknya berbakat? Sebenarnya bisa saja lho, anak yang belum berusia 6 tahun bersekolah di sekolah dasar. Sebab yang lebih penting sebenarnya kesiapan umur mental si anak, yakni kemampuan mental dan intelektual, bukan umur kalendernya.
“Contoh, anak umur 4 tahun tapi umur mentalnya 6 tahun, berarti mereka sudah siap masuk SD,” papar Prof Dr. S.C . Utami Munandar, guru besar psikologi anak Universitas Indonesia.
Cuma, untuk mengetahui apakah umur mental anak siap, orangtua mesti mengeceknya dengan melakukan tes umur mental ke psikolog. Dari sini, nanti bisa diketahui IQ anak, dengan rumus: (umur mental/umur kalender) x 100 = IQ. Bila skor IQ anak di atas 130, jauh di atas anak normal (skor IQ 85-115), bisa saja ia dipandang gifted dan dipertimbangkan masuk SD lebih awal, setelah mempertimbangkan aspek-aspek lainnya.
Menurut Utami, jumlah anak berbakat di Indonesia sekitar 2-5% dari keseluruhan anak. Namun sejauh ini belum semuanya mendapat pendidikan khusus. Tak semua sekolah mempunyai fasilitas, sarana, dan prasarana yang bermutu, ataupun kelas unggulan yang bisa mengembangkan dan melihat anak-anak yang berbakat.
Padahal sebenarnya dengan bakat di bidang intelektual, tak menutup kemungkinan balita bisa masuk SD. Akibatnya banyak anak yang umur mentalnya sudah tinggi namun tidak terstimulasi dengan baik, sehingga mereka bosan di kelas karena merasa materi yang diajarkan guru terlalu mudah.
Sesuai dengan Sisdiknas, umumnya anak SD itu berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Ketika otonomi daerah mulai diberlakukan sejak 2001 lalu, urusan pendidikan dasar menjadi urusan di bawah dinas pendidikan masing-masing daerah. Aturannya tetap sama, usia masuk SD diutamakan 7 tahun, bila kapasitasnya masih mencukupi bisa menerima murid yang berusia 6 tahun dengan prioritas usia mendekati 7 tahun. Tentunya, angka 7 itu sudah melalui penelitian panjang sebelumnya.
Nah… Apa yang akan terjadi bila anak dipaksakan masuk SD sebelum cukup usia??? Tidak akan terjadi apa-apa kecuali semakin lama anak akan semakin terbebani dengan kewajiban-kewajiban bersekolah yang pada akhirnya bukannya menumbuhkan prestasi malahan menjadikan anak ketinggalan. Perilaku orang tua yang terlalu bangga akan keistimewaan anaknya akan menciptakan anak-anak stres yang kehilangan kegembiraan sebagai anak-anak. Mereka tidak lagi bebas bermain dan bersosialisasi dengan teman dan lingkungan melainkan harus belajar dan belajar sepanjang waktu. Seusai sekolah mereka akan mengikuti les-les dan bimbel-bimbel juga menghadapi setumpukan PR yang melelahkan.
Namun kadang-kadang ada pertimbangan lain yang menjadi dasar orang tua untuk memasukkan anaknya langsung SD, yaitu Pertimbangan Ekonomi. Tidak semua keluarga mampu untuk membiayai anaknya masuk di sekolah TK yang nota bene membutuhkan biaya lebih besar dibandingkan dengan biaya sekolah SD. Sehingga ada anggapan lebih baik anak masuk SD di usia dini walapun harus tinggal kelas di kelas 1 (satu) daripada mengeluarkan biaya besar di sekolah TK. Sebagaimana kita ketahui umumnya TK banyak dikelola oleh swasta yang pada umumnya berorientasi profit. Ditambah lagi dengan tidak adanya aturan bahwa masuk SD harus mensyaratkan Lulus TK.
Namun Bagaimanapun saya tetap sepakat bahwa idealnya anak masuk SD ketika usianya 7 tahun, untuk kesiapan mental menghadapi tekanan dan anak tidak kehilangan keceriaan masa kecilnya.
Kembali ke masalah anak saya Grace, saya akan melihat perkembangan mentalnya dulu, jika dia merasa nyaman dengan ke-SD-an nya, maka why not? tetapi apabila nanti kelihatan dia terbebani dan kehilangan keceriaan maka saya akan kembalikan dia ke TK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML