Saat ini banyak politisi, akademisi, praktisi hukum, dll yang mengharapkan / menunggu telepon dari cikeas. Partai-partai yang mengklaim diri sebagai pendukung SBY, juga mengharapkan jatah menteri sehingga mengajukan beberapa nama untuk diseleksi menjadi menteri. Bahkan menurut SBY, ada yang menitipkan Curriculum Vitae lewat Ibu mertua beliau dan melalui media.
Fenomena Penyusunan Kabinet baru sepertinya menjadi suatu kesempatan atau lowongan terbuka banyak banyak kalangan dengan memanfaatkan pengaruh, ketenaran, uang, dll untuk mencapai jabatan itu.
Hak prerogative Presiden untuk menyusun kabinet tentu saja dipengaruhi oleh banyak pertimbangan-pertimbangan a.l. balas jasa untuk Tim Sukses, Partai pendukung, Orang dekat, golongan, suku, dan rekonsiliasi dengan seteru politik sehingga seringkali menepikan profesionalitas seorang calon menteri.
Misalnya, yang seharusnya di Bidang Hukum dan HAM haruslah seorang ahli hukum dan memahami HAM, di bidang Pertahanan haruslah yang mengerti system pertahanan dan territorial, di bidang Pendidikan haruslah akdemisi yang telah teruji di bidangnya, di bidang Ekonomi, perdagangan, perindustrian haruslah yang mengerti seluk-beluk ekonomi makro dan mikro, dan seterusnya.
Jadi pemilihan calon menteri untuk cabinet janganlah terkesan dipaksakan hanya untuk menyenangkan pihak-pihak tertentu, Sebab masa depan bangsa ini dipertaruhkan minimal untuk 5 tahun ke depan ditangan mereka-mereka yang mengambil kebijakan (para menteri).
Kita sebagai bangsa hanya berharap agar Presiden / wakil presiden terpilih SBY-Budiono mampu memilih putra-putra terbaik bangsa ini menjadi orang-orang nomor satu di departemen, kementerian Negara, dan jabatan-jabatan lain yang setingkat. Semoga…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML