60
Jam di Lintas Sumatera Tigaraksa - Sibolga
Libur Lebaran 2015, kerinduan
akan kampung halaman membuat kami sekeluarga harus menempuh perjalanan darat selama
± 60 jam dari Tigaraksa, Tangerang menuju Sibolga, Tapanuli Tengah.
Semangat untuk berangkat
telah ada sejak sebulan sebelumnya, sehingga persiapan untuk itu pun sudah
benar-benar matang. Ijin cuti dari pekerjaan dan sekolah anak-anak kami telah
dikantongi melebihi cuti bersama Hari Raya 2015.
Jumat malam, 10 Juli 2015
Pkl. 10.00 Wib perjalanan dimulai dari rumah di Tigaraksa, dengan mengendarai
mobil Avanza G tahun 2011, kami sekeluarga (7 orang) melalui Tol Balaraja barat
menuju Merak Banten yang ditempuh sekitar 2 Jam (Di Rest area Tol Balaraja –
Merak mampir untuk isi Bensin Fulltank, 33 liter). Tiba di Pelabuhan
Penyeberangan Merak Pkl. 12.05 Wib, langsung masuk ke area Pelabuhan setelah membeli
Tiket Penyeberangan seharga Rp. 347.000. Setelah menunggu sekitar setengah jam,
mobil kami pun meluncur masuk ke dalam kapal Roro dan diarahkan mengambil pakir
di bagian lantai 2 kapal penyeberangan tersebut. Setelah parkir dengan baik,
kami sekeluarga keluar dari dalam mobil dan naik ke bagian atas kapal untuk
beristirahat. Setelah menunggu sekitar seteangah jam, Kapal Roro pun bergereak
meninggalkan dermaga Pelabuhan Merak sekitar Pkl. 01.00 dini hari.
At cafetaria Kapal Roro |
Ternyata fasilitas
istirahat penumpang kapal Roro tersebut cukup memadai, ada ruangan-ruangan
tidur yang bisa diisi sekitar 20 orang, dan ada cafetaria besar dengan kursi
dan meja kapasitas 200 orang. Saya, istri dan anak bungsu kami Grace (umur 10
tahun) langsung mengambil tempat di ruangan untuk tidur, sementara anak-anak saya
yang lain (Niel, Kiki, Ridho dan Echa) nongkrong di kafetaria. Sebelumnya saya
membayangan akan bisa tidur nyenyak di dalam kapal untuk bisa fit mengendarai
mobil setelah mendarat di Bakahueni, ternyata mata saya tidak bisa diajak
kompromi untuk tidur, lalu saya keluar ruangan dan berjalan-jalan sekitar
kapal. Lalu saya melihat di dalam satu ruangan ada orang yang menawarkan jasa
pijit (jangan negatif dulu, tukang pijit nya laki-laki semua kog). Saya pun
langsung minta dipijit kaki dengan harapan akan kuat untuk menginjak kopling,
rema dan gas selama perjalanan. Pemijitan berlangsung selama setengah jam dan
saya pun merasa kaki saya segar, tarif jasa pijit Rp. 30.000,-.
Sekitar Pkl. 03.30 subuh,
seluruh penumpang diminta meninggalkan ruangan tidur karena kapal akan segera
sandar di Pelabuhan Bakahueni. Kami pun turun ke tempat parkir mobil dan
menunggu antrian turun dari kapal sekitar 30 menit. Sekitar Pkl. 04.00, mobil kami
pun keluar dari perut kapal Roro dan menyentuh tanah daratan sumatera.
Pagi itu, sudah hari Sabtu,
11 Juli 2015, Pkl. 04.00 pagi, hari masih gelap dan kami pun mengawali
perjalanan lintas sumatera. Dalam kondisi masih gelap dan jalanan sepi kami pun
mulai menyusuri jalan lintas timur sumatera melewati Ketapang, Way Jepara,
Seputih banyak, Menggala hingga Tulang bawang sepanjang kurang lebih 240 Km.
Dengan kecepatan 50-60 km/jam kami tiba
di Tulang Bawang sekitar Jam 08.30 Pagi. Kemudian berhenti di Sebuah SPBU untuk
istirahat dan sarapan (sarapan telah disiapkan dari rumah, nasi, lauk dan Pop
Mie), sekaligus mengisi bensin (Sekitar 30 liter).
Setelah istirahat sekitar 1
jam, kami melanjutkan perjalanan menuju Palembang melewati
Teluk Gelam, Kayu Agung, Indralaya hingga Palembang menempuh perjalanan sepanjang
lebih kurang 230 km. Karena jalan banyak yang berlubang, perjalanan menjadi
lebih lambat dan tiba di Palembang sekitar Pkl. 15.30 Wib.
Memasuki Kota Palembang,
anak-anak ingin menikmati suasana di Jembatan Ampera dan kami pun berhenti di
pinggi sungai Musi, berfotoria (anak saya menyebutnya Selpott alias Selfie), kemudian
menikmati Empek-empek Palembang, kemudian makan malam di Riverside Restaurant yang
tepat berada dipinggir sungai Musi. Restaurant penuh dengan pengunjung yang
ingin berbuka puasa di tempat tersebut dan kami pun terpaksa menunggu waktu
berbuka untuk memulai makan (karena ngak enak makan sendiri sementara yang lain
masih menunggu bunyi bedug).
Dipinggir Sungai Musi, Jembatan Ampera Palembang |
Sekitar 3,5 jam di sekitar Jembatan
Ampera, Pkl. 19.00 Wib kami melanjutkan perjalanan meningalkan Kota Palembang , Untuk keluar dari Kota
Palembang ternyata harus melalui kemacetan di dalam kota sekitar 1 Jam. Setelah
lepas dari kota Palembang memasuki Jalan Lintas Timur Sumatera, kami menyusuri
kegelapan malam hingga tiba di Sungai Lilin sekitar Pkl. 23.00 Wib. Kecapekan,
mata mulai berat dan ngantuk mulai menyerang ditambah jalan sepi membuat kami
memutuskan untuk berhenti Istirahat di sebuah SPBU sekaligus mengisi bensin (±20
liter). Kami pun tertidur di dalam mobil, istri saya mengambil tikar dan tidur
di luar. Pkl. 01.00 Wib, saya terbangun dan memutuskan untuk melanjytkan
perjalanan menuju Jambi. Di pagi hari yang masih gelap kami meyusuri jalan
lintas timur sumatera dengan beberapa mobil pemudik yang juga memberanikan diri
melintasi jalan tersebut. Jalan berlubang mewarnai perjalanan kami melewati
SungaiLilin, Bayung Lincir hingan Simpang Tempino Jambi, sekitar 177 Km. Dalam perjalanan
tersebut terkadang kami merasa ngeri karena sering kali tidak ada satu mobil
pun yang lewat (Sebelumnya ada orang yang mengingatkan supaya tidak melewati
jalur Palembang – Jambi pada malam hari, karena jalan rusak dan perampokan
sering terjadi wilayah tersebut). Namun Tuhan menyertai kam hingga tiba di
Simpang Tempino sekitar Pkl. 04.00 Wib. Dari Tempino kami tidak menuju Kota
Jambi, tetapi mengambil jalan lintas ke Muara Bulian, Muara Tebo dan Muara
Bungo sepanjang lebih kurang 250 Km.
Jalan Tempino - Muara Bulian rusak dan berlubang.
Minggu, 12 Juli 2015, Sekitar
Pkl. 08.00 pagi kami tiba di Muara Tebo dan beristirahat di sebuah SPBU, istri
dan anak-anak mandi dan saya pun menyempatkan diri untuk tidur sejenak. Kemudian
sekitar Pkl. 09.00 kami melanjutkan
perjalanan ke Muara Bunga sekitar 50 Km dari Muara Tebo. Tiba Muara Bungo lebih
kurang Pkl. 10.00. Kami pun memasuki Jalan Lintas Tengah Sumatera dan berhenti
di sebuah Rumah Makan Padang (ternyata tetap buka, meskipun bulan puasa).
Disana kami sarapan sekaligus makan siang (Makan Jam 10 pagi itu sarapan atau
makan siang?).
Melanjutkan perjalanan
menuju Bukit tinggi melintasi Jalan Lintas Tengah Sumatera, setelah melewati
propinsi Jambi, ternyata jalan lintas sepanjang Sumatera Barat sangat mulus,
berbeda dengan jalan lintas Sumatera Selatan – Jambi. Kemudian kami melintasi wilayah
Sumatera Barat (Sungai Dareh, Kiliran Jao, Kotabaru, Danau Singkarak, Pd.
Panjang) sepanjang lebih kurang 300 Km hingga
tiba di Bukit Tinggi sekitar Pkl. 17.00 Wib. Dalam perjalanan melewati Danau Singkarak,
anak saya yang paling besar, Niel, saya
minta untuk mengganti saya menjadi Driver hingga sampai di Bukit Tinggi.
Jam Gadang, Bukit Tinggi |
Setibanya di Bukti Tinggi kami langsung menuju lokasi Jam Gadang untuk berfoto ria, kemudia mencari rumah makan di sekitar lokasi tersebut. Kami pun menikmati makan malam di warung padang sederhana (bukan namanya Sederhana, tapi warungnya yang sederhana). Ternyata menurut anak-anak rasa makanannya kurang memuaskan. Namun apa boleh buat, sudah terlanjur masuk dan makan seadanya. Kemudian setelah makan, kami pun mencari oleh-oleh khas Padang, Kerupuk Sanjai.
Setelah menikmati keindahan
Kota Bukit Tinggi sekitar 3 jam, sekitar Pkl. 20.00 Wib kami pun melanjutkan
perjalanan menuju Padang Sidempuan, dari Kota bukit Tinggi turun melewati
jalanan sempit dan berkelok menuju Bonjol dan Lubuk Sikaping. Dalam perjalanan melewati
jalan menurun dan berkelok, ada insiden senggolan antara Bus ALS arah Padang
Sidempuan dengan mobil truk yang menanjak ke arah Bukit Tinggi. Insiden itu
sempat membuat kemacetan di jalur tersebut.
Pkl. 24.00, kami melewati Lubuk
Sikaping setelah menempuh perjalanan sekitar lebih kurang 100 Km dari Bukit
Tinggi. Saya berhenti di sebuah warung makan, memesan kopi lalu tertidur pulas
di sebuah pondok lesehan.
Senin, Pkl. 03.00, saya
dibanguni anak-anak untuk melanjutkan perjalanan. Di pagi hari yang masih
gelap, kami pun kembali menyusuri jalan sepi melewati Lubuk
Sikaping-Bonjol-Panti-Rao-Muarasipongi-Kota Nopan-Penyabungan-Padang Sidempuan,
sekitar 170 km, tiba di Padang Sidempuan sekitar Pkl. 07.00 pagi, langsung
melewati Kota Padang Sidempuan menuju Sibolga, mampir sebentar membeli sarapan sebelum
Batang Toru.
Akhirnya, Pkl. 08.00 Wib
tiba di Sibolga setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 60 jam
(termasuk istirahat dan wisata) dari Tigaraksa Tangerang, dengan jarak lebih
kurang 1750 km, menghabiskan Bahan bakar bensin lebih kurang 135 liter. Nice
Trip and Great Adventure……Hilang lelah setelah bertemu dengan Omak dan adik sekeluarga.............Happy Full !!!
Kel. Op. Niel Nainggolan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML