- Paratur ni parhundulon berarti posisi duduk, ini adalah salah satu istilah dalam ritual adat Batak, yang kemudian dimaknakan dalam kehidupan sehari-hari.
- Posisi duduk dalam suatu acara adat Batak sangat penting, karena itu akan mencerminkan unsur-unsur penghormatan kepada pihak-pihak tertentu.
- Karena yang menulis sumber-sumber bacaan ini, termasuk saya, kesemuanya laki-laki, maka ada baiknya kita memposisikan diri sebagai pihak laki-laki, agar nantinya mudah memahami berbagai struktur partuturon yang saya dan kita semua tahu, sangat rumit. Kepada ito-ito yang mungkin akan kebingungan, cobalah membayangkan seolah ito-ito semua adalah laki-laki dalam keluarga. Di akhir bacaan nanti, diharapkan pembaca bisa memahami posisinya masing-masing, dan juga posisi orang-orang di sekeliling kita tercinta.
- Dalam kehidupan orang Batak sehari-hari, kekerabatan (partuturon ) adalah kunci pelaksanaan dari falsafah hidupnya, Boraspati (digambarkan dengan dua ekor cecak/cicak, saling berhadapan, yang menempel di kiri-kanan Ruma Gorga/Sopo/Rumah Batak ). Kekerabatan itu pula yang menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah, menentukan sikap kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik ( nice attitude ).
- Kita selaku orang Batak berbudaya sudah menanamkan ini sejak dulu kala, kita tentu masih ingat petuah nenek moyang kita, seperti :
- Jolo tiniptip sanggar, laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan ‘
- Hau antaladan, parasaran ni binsusur, sai tiur do pardalanan molo sai denggan iba martutur
- Ada tiga bagian kekerabatan, dinamakan ” Dalihan Na Tolu ” ( Dalihan Na Tolu juga akan saya tuliskan lengkap pada kesempatan mendatang ). Adapun isi :
1.
Manat mardongan tubu = hati-hati bersikap terhadap dongan tubu
2.
Elek marboru = memperlakukan semua perempuan dengan kasih
3.
Somba marhulahula = menghormati pihak keluarga perempuan
- Yang dimaksud dengan dongan tubu ( sabutuha ) :
- Dongan sa-ama ni suhut = saudara kandung
- Paidua ni suhut ( ama martinodohon ) = keturunan Bapatua/Amanguda
- Hahaanggi ni suhut / dongan tubu ( ompu martinodohon ) = se-marga, se-kampung
- Bagian panamboli ( panungkun ) ni suhut = kerabat jauh
- Dongan sa-marga ni suhut = satu marga
- Dongan sa-ina ni suhut = saudara beda ibu
- Dongan sapadan ni marga ( pulik marga ), mis : Siregar dengan Nainggolan ( Padanmarga akan saya tuliskan juga nanti, lengkap dengan ‘Padan na buruk’ = sumpah mistis jaman dulu yang menyebabkan beberapa marga berselisih, hewan dengan marga, kutukan yang abadi, dimana hingga saat ini tetap ada tak berkesudahan )
- Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan dongan sabutuha :
·
Manat ma ho mardongan sabutuha, molo naeng sangap ho
·
Tampulon aek do na mardongan sabutuha
·
Tali papaut tali panggongan, tung taripas laut sai tinanda do rupa ni
dongan
- Yang dimaksud dengan boru :
1.
Iboto dongan sa-ama ni suhut = ito kandung kita
2.
Boru tubu ni suhut = puteri kandung kita
3.
Namboru ni suhut
4.
Boru ni ampuan, i ma naro sian na asing jala jinalo niampuan di huta ni
iba = perempuan pendatang yang sudah diterima dengan baik di kampung kita.
5.
Boru na gojong = ito, puteri dari Amangtua/Amanguda ataupun Ito jauh
dari pihak ompung yang se-kampung pula dengan pihak hulahula
6.
Ibebere/Imbebere = keponakan perempuan
7.
Boru ni dongan sa-ina dohot dongan sa-parpadanan = ito dari satu garis
tarombo dan perempuan dari marga parpadanan ( sumpah ).
8.
Parumaen/maen = perempuan yang dinikahi putera kita, dan juga isteri
dari semua laki-laki yang memanggil kita ‘Amang tua / Amang uda’. .
- Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan boru :
1)
Elek ma ho marboru, molo naeng ho sonang
2)
Bungkulan do boru ( sibahen pardomuan )
3)
Durung do boru tomburon hulahula, sipanumpahi do boru tongtong di hulahula
4)
Unduk marmeme anak, laos unduk do marmeme boru = kasih sayang yang sama
terhadap putera dan puteri
5)
Tinallik landorung bontar gotana, dos do anak dohot boru nang pe
pulikpulik margana
- Kata-kata bijak perihal bere :
1)
Amak do rere anak do bere, dangka do dupang ama do tulang
2)
Hot pe jabu i sai tong do i margulanggulang, tung sian dia pe mangalap
boru bere i sai hot do I boru ni tulang
- Yang dimaksud dengan hulahula :
1)
Tunggane dohot simatua = lae kita dan mertua
2)
Tulang = Saudara laki-laki dari ibu
3)
Bona Tulang = tulang dari Bapak kita
4)
Bona ni ari = hulahula dari Bapak ompung kita . Pokoknya, semua
hulahula yang posisinya sudah jauh di atas, dinamai Bona ni ari.
5)
Tulang rorobot = tulang dari lae/isteri kita, tulang dari nantulang
kita, tulang dari ompung boru lae kita dan keturunannya. Boru dari tulang
rorobot tidak bisa kita nikahi, merekalah Yang disebut dengan inang bao.
6)
Seluruh hulahula dongan sabutuha, menjadi hulahula kita juga.
- Kata-kata bijak penuntun hubungan kita dengan hulahula :
1)
Sigaiton lailai do na marhulahula, artinya ; sebagaimana kalau kita ingin
menentukan jenis kelamin ayam
(jantan/betina ), kita terlebih dulu menyingkap lailai-nya dengan hati-hati, begitu
pula terhadap hulahula, kita harus
terlebih dulu mengetahui sifat-sifat dan tabiat mereka, supaya kita bisa
berbuat hal-hal yang menyenangkan
hatinya.
2)
Na mandanggurhon tu dolok do iba mangalehon tu hulahula, artinya ; kita
akan mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan, kalau kita berperilaku baik
terhadap hulahula.
3)
Hulahula i do debata na tarida
4)
Hulahula i do mula ni mata ni ari na binsar. Artinya, bagi orang Batak,
anak dan boru adalah matahari ( mata ni ari ). Kita menikahi puteri dari hulahula
yang kelak akan memberi kita hamoraon, hagabeon, hasangapon, yaitu putera dan
puteri (hamoraon, hagabeon, hasangapon yang hakiki bagi orang Batak bukanlah
materi, tetapi keturunan,selengkapnya baca di ‘Ruma Gorga’ )
5)
Obuk do jambulan na nidandan baen samara, pasupasu na mardongan
tangiang ni hulahula do mambahen marsundutsundut so ada mara
6)
Nidurung Situma laos dapot Porapora, pasupasu ni hulahula mambahen
pogos gabe mamora
- Nama-nama partuturon dan bagaimana kita memanggilnya ( ini versi asli, kalau ternyata Dalam masa sekarang kita salah menggunakannya, segeralah perbaiki ) (sekali lagi, kita semua memposisikan diri kita sebagai laki-laki )
A.
Dalam keluarga satu generasi :
1)
Amang/Among : kepada bapak
kandung
2)
Amangtua : kepada abang
kandung bapak kita, maupun par-abangon bapak dari dongan sabutuha,
parparibanon. Namun kita bisa juga memanggil ‘Amang’ saja
3)
Amanguda : kepada adik dari
bapak kita, maupun par-adekon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun
bisa juga kita cukup memanggilnya dengan sebutan “Amang’ atau ‘Uda’
4)
Haha/Angkang : kepada abang kandung kita, dan semua par-abangon baik
dari amangtua, dari marga
5)
Anggi : kepada adik kandung kita, maupun seluruh putera amanguda, dan
semua laki-laki yang marganya lebih muda dari marga kita dalam tarombo. Untuk
perempuan yang kita cintai, kita juga bisa memanggilnya dengan sebutan ini atau
bisa juga ‘Anggia’
6)
Hahadoli : atau ‘Angkangdoli’, ditujukan kepada semua laki-laki
keturunan dari ompu yang tumodohon ( mem-per-adik kan ) ompung kita
7)
Anggidoli : kepada semua laki-laki yang merupakan keturunan dari ompu
yang ditinodohon (di-per-adik kan) ompung kita, sampai kepada tujuh generasi
sebelumnya. Uniknya, dalam acara ritual adat, panggilan ini bisa langsung
digunakan ( tidak perlu
memakai Hata Pantun atau JagarJagar ni hata)
memakai Hata Pantun atau JagarJagar ni hata)
8)
Ompung : kepada kakek kandung kita. Sederhananya, semua orang yang kita
panggil dengan sebutan ‘Amang’, maka bapak-bapak mereka adalah ‘Ompung’ kita.
Ompung juga merupakan panggilan untuk datu/dukun, tabib/Namalo.
9)
Amang mangulahi : kepada bapak dari ompung kita. Kita memanggilnya
‘Amang’
10) Ompung mangulahi: kepada
ompung dari ompung kita
11) Inang/Inong : kepada ibu
kandung kita
12) Inangtua : kepada isteri
dari semua bapatua/amangtua
13) Inanguda : kepada isteri
dari semua bapauda/amanguda
14) Angkangboru : kepada semua
perempuan yang posisinya sama seperti ‘angkang’
15) Anggiboru : kepada istri adik
kandung. Kita memanggilnya dengan sebutan ‘Inang’
16) Ompungboru : lihat ke atas
17) Ompungboru mangulahi : lihat
ke atas
B.
Dalam hubungan par-hulahula on
(a)
Simatua doli : kepada bapak, bapatua, dan bapauda dari isteri kita.
Kita memangilnya dengan ‘Amang’
(b)
Simatua kepada ibu, inangtua, dan inanguda dari isteri kita. Kita cukup
memangilnya ‘Inang’.
memangilnya ‘Inang’.
(c)
Tunggane : disebut juga ‘Lae’, yakni kepada semua ito dari isteri kita
(d)
Tulang na poso : kepada putera tunggane kita, dan cukup dipangil
‘Tulang’
(e)
Nantulang na poso : kepada puteri tunggane kita, cukup dipanggil
‘Nantulang’
(f)
Tulang : kepada ito ibu kita
(g)
Nantulang : kepada isteri tulang kita
(h)
Ompung bao : kepada orangtua ibu kita, cukup dipanggil ‘Ompung’
(i)
Tulang rorobot : kepada tulang ibu kita dan tulang isteri mereka, juga
kepada semua hulahula dari hulahula kita
(j)
Bonatulang/Bonahula : kepada semua hulahula dari yang kita panggil
‘Ompung’
(k)
Bona ni ari : kepada hulahula dari ompung dari semua yang kita panggil
‘Amang’, dan generasi di atasnya
C.
Dalam hubungan par-boru on
(1)
Hela : kepada laki-laki yang menikahi puteri kita, juga kepada semua
laki-laki yang menikahi puteri dari abang/adik kita. Kita memanggilnya ‘Amanghela’
(2)
Lae : kepada amang, amangtua, dan amanguda dari hela kita. Juga kepada
laki-laki yang menikahi ito kandung kita
(3)
Ito : kepada inang, inangtua, dan inanguda dari hela kita
(4)
Amangboru : kepada laki-laki ( juga abang/adik nya) yang menikahi ito
bapak kita
(5)
Namboru : kepada isteri amangboru kita
(6)
Lae : kepada putera dari amangboru kita
(7)
Ito : kepada puteri dari amangboru kita
(8)
Lae : kepada bapak dari amangboru kita
(9)
Ito : kepada ibu/inang dari amangboru kita
(10)
Bere : kepada abang/adik juga ito dari hela kita
(11)
Bere : kepada putera dan puteri dari ito kita
(12)
Bere : kepada ito dari amangboru kita
- Alus ni tutur tu panjouhon ni partuturan na tu ibana ( hubungan sebutan kekerabatan timbal balik )
Kalau kita laki-laki dan
memanggil seseorang dengan : Orang itu akan memanggil kita :
1)
amang, amangtua VS amanguda amang,
2)
inang, inangtua VS inanguda amang,
3)
angkang VS anggi(a),
4)
ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) VS anggi(a),
5)
ompungboru ( suhut ) VS anggi(a),
6)
ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) VS lae,
7)
ompungboru ( bao ) VS amangbao,
8)
inang ( anggiboru ) VS amang,
9)
anggia VS angkang,
10) anggia ( pahompu ) VS ompung,
11) inang ( bao ) VS amang,
12) inang ( parumaen ) VS amang,
13) amang ( simatua ) VS
amanghela,
14) inang ( simatua ) VS
amanghela,
15) tunggane VS lae,
16) tulang VS bere,
17) nantulang VS bere,
18) tulang na poso VS amangboru,
19) nantulang na poso VS
amangboru,
20) bere VS tulang, ito VS ito,
21) parumaen/maen VS amangboru,
22) amang ( na mambuat maen ni
iba ) VS amang.
- Kalau kita perempuan dan memanggil seseorang dengan : Orang itu akan Memanggil kita:
1)
amang, amangtua, VS amanguda inang
2)
inang, inangtua, VS inanguda inang
3)
angkang VS anggi(a)
4)
ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) VS ito
5)
ompungboru ( suhut ) VS eda
6)
ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) VS ito
7)
ompungboru ( bao ) VS eda
8)
anggia VS angkang
9)
inang ( parumaen ) VS inang
10)
amang ( simatua ) VS inang
11)
inang ( simatua ) VS inang
12)
tulang VS bere
13)
nantulang VS bere
14)
bere VS nantulang
15)
ito VS ito
16)
parumaen/maen VS namboru
17)
amang ( na mambuat maen ni iba ) VS inang
- Beberapa hal yang perlu di ingat :
- Hanya laki-laki lah yang mar-lae, mar-tunggane, mar-tulang na poso dohot nantulang naposo.
- Hanya perempuan lah yang mar-eda, mar-amang na poso dohot inang na poso .
- Ada lagi istilah LEBANLEBAN TUTUR, artinya pelanggaran adat yang dimaafkan. Misalnya begini : punya bere, perempuan, menikah dengan laki-laki, putera dari dongan sabutuha. Nah, seharusnya, si bere itu memanggil ‘Amang’ karena pernikahan itu meletakkan posisi saya menjadi mertua/simatua, dan laki-laki itu harus memanggil ‘Tulang rorobot’ karena perempuan yang dia nikahi adalah bere. Tapi tidaklah demikian halnya. Partuturon karena keturunan lebih kuat daripada partuturon apa pun, sehingga si bere harus tetap panggil ‘Tulang’ dan si laki-laki harus tetap memanggil ‘Bapatua/bapauda’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML