PERTOBATAN YANG BERBUAH
Lukas 3:11-14
3:11 Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian."
3:12 Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?"
3:13 Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu."
3:14 Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.
Pendahuluan
Pada Minggu Advent III ini, kita disodori pertanyaan, sebagai orang Kristen, dalam menyongsong kedatangan sang Juruselamat “apakah yang harus kita/kami perbuat?", dengan kata lain perubahan seperti apa yang kita harapkan terjadi di tengah-tengah kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa kita?
Yohanes Pembaptis menjawab poertanyaan itu dengan tidak mengedepankan pertobatan teoritis (dogmatis dan seremonial), melainkan lebih menekankan kepada pertobatan praktis. Nats ini sangat tepat di tengah euforia momen perayaan Jubileum 150 Tahun HKBP, agar kita tidak terjebak dalam hiruk pikuk aktivitas seremonial seperti yang baru saja usai di seluruh HKBP. Tetapi kita harus merenung, apa yang telah dihasilkan oleh seluruh aktivitas seremonial yang melelahkan dan menguras waktu, tenaga dan materi yang sangat luar biasa besar itu kemudian? Apakah aktivitas sebesar itu mampu membawa perubahan mental dan paradigma bergereja kita ke depan, sehingga HKBP benar-benar menjadi wujud kehadiran Tubuh Kristus di Indonesia?[1] Karena itu perhatikan jawaban jawaban Yohanes Pembaptis kepada semua kalangan yg bertanya kepadanya "apakah yg harus kami perbuat?":
Penjelasan
Ada beberapa hal yang dinyatakan oleh Yohanes, sebagai wujud (buah) pertobatan praktis yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kepada ketiga kelompok masyarakat dibawah ini :
- Ay. 11, "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.". Kepada orang banyak, Yohanes berpesan; agar setiap orang melakukan tindakan sosial sebagai kepedulian. Jika memiliki lebih harus memberi kepada yang berkekurangan. Tingkat kesenjangan sosial ekonomi masyarakat zaman itu juga terjadi pada zaman sekarang. Kesenjangan ekonomi memunculakn dis-harmoni dalam hidup masyarakat hingga memunculkan tindakan kriminalitas; pencurian, pembunuhan, konflik keluarga, dll. Di masa sekarang ini orang berlomba-lomba mengejar kepentingan dan kesenangan pribadi dibanding dengan kepentingan orang lain. Gaya hidup ‘mewah’ anggota DPR/MPR yang menjadi sorotan belakangan ini menjadi gambaran bahwa tingkat kepedulian kepada sesama hampir hilang. Disaat rakyat banyak menjerita “lapar”, wakil rakyat justru berlomba memamerkan mobil-mobil mewah di halaman parkir kantor mereka. Di saat rakyat masih banyak yang tinggal di pemukiman kumuh, mereka justru berjuang untuk membangun gedung perkantoran yang fasilitasnya setara dengan hotel berbintang 5. Yohanes mengingatkan orang banyak itu agar merubah pola hidup mereka agar lebih sensitif kepada orang-orang miskin.[2]
- Ay. 13, “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.". Kepada pemungut-pemungut cukai, Yohanes berpesan; agar jangan mencari keuntungan pribadi lewat jabatan yang mereka sandang. Ada banyak pejabat pemerintahan pada zaman itu yang menyalahgunakan jabatan mereka untuk meraup keuntungan dan kesenangan pribadi. Sama seperti zaman ini, pejabat-pejabat publik banyak yang terjerat dalam kasus korupsi. Dimana seharusnya mereka mengumpulkan uang rakyat untuk dikelola bagi kepentingan rakyat malah mereka gunakan hanya untuk kepentingan pribadi. Memperkaya diri dengan jalan menyengsarakan orang lain apalagi itu adalah orang banyak (rakyat kecil) merupakan dosa. Sama saja dengan pencuri, yang mengambil yang bukan menjadi haknya. Pesan Yohanes pada mereka adalah hiduplah jujur dan jadikanlah jabatanmu itu menjadi suatu kehormatan. Artinya mari kita lakukan tugas dan tanggungjawab kita dengan benar, sesuai dengan possii dan porsi, sehingga semua dapat dipertanggungjawabkan, tidak mengambil atau meminta lebih dari porsi yang selayaknya kita terima.
- Ay. 14, “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu”. Kepada prajurit-prajurit, Yohanes berpesan; Tugasmu adalah menjamin keamanan warga masyarakat, jangan sebaliknya malah meresahkan dan menjadi teror bagi masyarakat. Kebanyakan prajurit di zaman itu betindak sebagai pemeras bagi rakyat. Tindakan mereka menimbulkan keresahan, ketakutan dan ketidaknyamanan dalam masyarakat. Perlengkapan senjata yang seharusnya dipakai untuk melindungi rakyat malah menjadi senjata untuk menakut-nakuti dan memeras rakyat. Hal ini tidak boleh lagi terjadi, mereka harus mencukupkan diri mereka dan keluarga dengan gaji mereka. Bagaimana dengan zaman ini? Hampir sama dengan yang terjadi pada zaman itu. Aparat penegak hukum yang menyandang senjata untuk keamanan rakyat justru memakai senjata itu untuk memeras rakyat. Mungin caranya tidak dengan todongan “senjata” tapi lebih sering dengan tekanan sehingga terjadi suap-menyuap. Sudah menjadi rahasia umum di Negara kita, bahwa suatu masalah hukum tidak akan pernah selesai tanpa uang. Yohanes mengajar kita agar kita semua (terlebih aparat hukum) mensyukuri gaji yang kita peroleh. Sudah menjadi menjadi sifat manusia yang merasa selalu kurang, namun bukan berarti kita harus mencarinya dari rakyat, apalagi rakyat kecil. Perlu diingat; bahwa Allah peduli terhadap kehidupan kita. Dia tidak akan membiarkan orang-orang yang dikasihi-Nya hidup menderita dalam kemiskinan dan kekurangan. Bekerjalah dengan penuh rasa syukur, maka Allah akan mencukupkan kebutuhanmu. Artinya marilah kita nikmati hasil jerih payah kita tanpa mengganggu dan mengancam orang lain; ay. 14 ini menekankan perlunya sikap yang jelas terhadap uang atau materi, bahwa hidup kita sesungguhnya tdk bergantung pada materi, melainkan pada kasih karunia Tuhan (Luk 12:15), oleh karena itu hasil jerihpayah (gaji) yang kita terima perlu dikelola dengan baik; sikap dan kebijakan pengelolaan uang dalam keluarga perlu dibenahi untuk mencegah kekerasan dan korupsi karena kebutuhan materi yang sellau kurang. Orang Kristen yg menantikan kedatangan Kristus perlu berlatih mengelola uang/gajinya dengan baik, dan menghindari segala bentuk kejahatan utk mendapatkan uang/materi.[3]
Renungan
- Ketiga kelompok masyarakat diatas sudah mewakili gambaran sifat dan perilaku kelompok masyarakat hari-hari ini. Yaitu kelompok masyarakat yang sudah tidak memiliki kepedulian terhadap sesamanya, kelompok masyarakat yang korup dan kelompok masyarakat yang menggunakan kekuasaan untuk mencari keuntungan pribadi. Perilaku-perilaku keompok itu harus dirubah melalui pertobatan praktis agar beroleh keselamatan.
- Pertobatan bukan sekedar “berbalik dari dosa.” Dalam Alkitab, kata “bertobat” (metanoia) berarti “berubah pikiran.”, artinya bahwa pertobatan seharusnya menghasilkan perubahan tindakan dan perilaku kehidupan sehari-hari. Rasul Paulus berkata “… bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” (Kis. 26:20) Definisi pertobatan yang sepenuhnya adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku.
- Pertobatan yang sejati dimulai dari hati dan berbuah dalam tindakan nyata, pertobatan sejati harus menghasilkan karya nyata (buah), Dalam iman Kristen, “buah yang baik” merupakan tanda dari pertobatan. Pertobatan sejati bukanlah pertobatan teoritis tetapi pertobatan praktis. Jadi, pertobatan itu bukan sekedar ucapan atau janji belaka, tetapi harus harus nyata dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dirasakan oleh orang lain.
- Nats minggu ini menuntut setiap kita untuk bertobat sungguh-sungguh, yaitu pertobatan yang berbuah dan dapat dilihat dan dirasakan oleh diri sendiri dan orang lain, terlebih oleh Allah. Sebagaimana dikatakan oleh Yohanes Pembaptis dalam Luk 3:8 : “Jadi hasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan…” . AMIN ! Selamat Advent III !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HTML